Internasional

Sedang Dikunjungi Jokowi, Ekonomi Australia Ternyata 'Ngos-ngosan'

luc, CNBC Indonesia
Rabu, 06/03/2024 14:30 WIB
Foto: Bendera Australia (Photo by Steven Paston/PA Images via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Australia hanya tumbuh 0,2% pada kuartal terakhir 2023 secara kuartalan, turun dari 0,3% dari kuartal sebelumnya, seiring dengan tekanan biaya hidup yang membebani rumah tangga negara tersebut.

Berdasarkan data Biro Statistik Australia yang dirilis Rabu (6/3/2024), mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 secara tahunan sebesar 1,5%, turun dari 2,1% pada kuartal sebelumnya.

Realisasi ekonomi negara yang tengah menggelar KTT ASEAN-Australia di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut berpartisipasi tersebut umumnya ditopang oleh belanja pemerintah.


Pengeluaran rumah tangga hanya meningkat 0,1% karena terhentinya pengeluaran untuk makanan dan utilitas, di tengah krisis biaya hidup yang berkelanjutan.

"Kisah utamanya masih lemahnya konsumsi rumah tangga," kata ekonom di National Australia Bank, seraya menambahkan bahwa negara tersebut mengalami pertumbuhan belanja rumah tangga tahunan paling lambat "dalam hampir 40 tahun", belum termasuk tahun-tahun pandemi Covid dan krisis keuangan tahun 2008.

Menteri Keuangan Jim Chalmers mengatakan sedikit perbaikan pada PDB merupakan hal yang disambut baik.

"Pertumbuhan Australia terlambat namun relatif stabil dalam menghadapi suku bunga yang lebih tinggi, inflasi yang tinggi namun moderat, dan ketidakpastian ekonomi global yang sedang berlangsung," kata Chalmers dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

"Bahkan pertumbuhan yang lemah pun merupakan pertumbuhan yang disambut baik dalam situasi ini," tambahnya.

Chalmers mengatakan sekitar seperempat negara-negara G20 telah menghadapi resesi atau baru saja menghindari resesi.

Warga Australia memperoleh lebih banyak penghasilan dan mempertahankan lebih banyak pendapatan mereka, hal ini akan terbantu oleh tiga pemotongan pajak yang akan datang, katanya.

Namun bendahara juga mencatat tekanan ekonomi yang dialami banyak orang karena harga barang dan jasa penting masih tetap tinggi.

"Kami mengakui bahwa banyak orang dan usaha kecil masih melakukan upaya keras dan kami melihat dampak dari sejumlah tekanan biaya hidup yang terus membebani," katanya.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Australia Larang Anak di Bawah 16 Akses YouTube