Waspada! Jokowi, CT & Sri Mulyani Ungkap Kengerian dari Global
Jakarta, CNBC Indonesia - Terlepas dari pandemi, ekonomi global ternyata masih dibayangi oleh banyak tantangan. Ketidakpastian ekonomi global tak juga membaik. Alih-alih membaik, ketidakpastian justru meningkat seiring dengan ketegangan baru antara Palestina dan Israel di Gaza.
Kondisi perekonomian global tersebut ternyata menjadi pembahasan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G20 yang bertemu di bawah kepemimpinan G20 Brazil.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menghadiri pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) negara anggota G20 di Sao Paolo, Brazil pada 28-29 Februari 2024, mengakui bahwa kondisi global tidak baik-baik saja.
"Tren dan guncangan global saat ini, seperti pandemi, perubahan iklim, teknologi digital, fragmentasi, dan proteksionisme perdagangan memperparah kesenjangan dan berdampak negatif bagi negara berpendapatan rendah, terutama bagi keluarga miskin, perempuan, dan daerah tertinggal", ujar Sri Mulyani melalui siaran pers, Jumat (1/3/2024).
Dari rapat para menkeu dan gubernur bank sental tersebut, semuanya sepakat bahwa pemulihan ekonomi lebih baik dari perkiraan, namun prospek pertumbuhan jangka menengah mereka anggap masih terlihat lemah. Mereka menyadari risiko geopolitik akibat perang dan konflik berdampak buruk terhadap perkembangan ekonomi dunia.
Sri Mulyani pun mengungkapkan situasi yang penuh tantangan ini memperburuk tekanan sosio-ekonomi dan lingkungan hidup yang telah ada, dan memberikan dampak negatif terhadap penduduk miskin dan rentan, yang sebagian besar tinggal di negara-negara berkembang.
Oleh sebab itu para Menkeu dan Gubernur berpandangan pentingnya melanjutkan upaya membuat bank-bank pembangunan multilateral (Multilateral Development Banks, MDBs) lebih baik, besar, dan efektif dengan merujuk pada capaian saat Presidensi Italia, Indonesia, dan India.
Lebih lanjut, para Menteri dan Gubernur menganggap perlu untuk terus memperkuat upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi, serta meningkatkan mobilisasi pendanaan untuk mendukung investasi infrastruktur dan transisi yang adil.
Tak hanya Sri Mulyani, Chairman CT Corp yang juga merupakan mantan menteri koordinator bidang perekonomian Chairul Tanjung mengungkapkan perihal tantangan perekonomian tahun ini, mulai dari sisi global hingga sektor keuangan di dalam negeri.
Dia mencatat ada empat isu yang menjadi tantangan ekonomi Indonesia tahun ini. Tantangan ini umumnya beasal dari global.
"Keadaan sekarang ini tidak mudah karena sekarang berada dalam keadaan global yang gloomy yang penuh tantangan," katanya dalam CNBC Economic Outlook 2024, dikutip Senin (4/2/2024).
CT menilai kondisi global saat ini seperti lautan dengan gelombang tinggi dan interaksi antara Indonesia dengan negara-negara lain tidak dapat dipisahkan.
"Permasalahan geopolitik menjadi isu serius yang kita hadapi. Rusia-Ukraina tidak atau belum selesai, muncul lagi masalah Hamas dengan Israel," tegas pengusaha senior tersebut.
Selain itu, CT juga menyorot soal financial stress yang menyebabkan supply and demand sektor keuangan terganggu.
"Suku bunga bank di Amerika meningkat yang mengakitbatkan suku bunga di dunia meningkat," katanya.
Sementara itu, lanjut CT, masalah lingkungan juga semakin serius. Menurutnnya tantangan ini tiap tahun bukan berkurang, tetapi malah meningkat.
Terakhir, tantangan selanjutnya adalah distribusi teknologi, di mana chat GPT disebut-sebut dapat menggantikan manusia dan mengurangi penyerapan tenaga kerja. "Belum lagi robotisasi, transformasi yang kita tidak siap menjadi masalah berikutnya," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyebut kondisi dunia sedang tidak dalam kondisi baik. Terlihat dari beberapa negara yang masuk jurang resesi hingga pasien lembaga Dana Moneter Dunia (International Monetary Fund/IMF) sudah mencapai 96 negara.
Hal ini diungkapkan Jokowi ketika Pembukaan Muktamar XX Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Palembang, beberapa waktu lalu.
"Dalam satu dua bulan ini banyak negara masuk dalam jurang resesi. Eropa, kemudian baru saja kemarin Inggris masuk resesi, Jepang masuk resesi. 96 negara juga jadi pasiennya IMF," kata Jokowi.
"Artinya apa? situasi dunia tidak sedang baik-baik saja," sambungnya.
Jokowi pun mengimbau kepada seluruh stakeholder pemerintahan untuk melakukan pengelolaan ekonomi hingga anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dengan hati-hati. Ia juga memberikan pesan yang sama pada pemerintahan berikutnya.
"Dan kita harapkan ke depan pemerintah yang baru juga melakukan hal yang sama, hati-hati dalam mengelola negara sebesar Indonesia. Karena Indonesia bukan negara kecil," kata Jokowi.
(haa/haa)