Internasional

Thailand Larang Ganja Rekreasi, Sanksi Hukum Lebih Berat

Thea Arbar, CNBC Indonesia
29 February 2024 21:30
Meksiko berencana melegalkan ganja untuk kebutuhan pengobatan dan rekreasi. (AP/Eduardo Verdugo)
Foto: ilustrasi Ganja (AP/Eduardo Verdugo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Thailand akan melarang penggunaan ganja untuk rekreasi pada akhir tahun ini, meski tetap mengizinkan penggunaannya untuk tujuan medis. Kabar ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Cholnan Srikaew.

Cholnan mengatakan pemerintah telah merancang undang-undang baru untuk mengatur penggunaan ganja yang diharapkan mulai berlaku pada akhir tahun.

Rancangan undang-undang tersebut akan diajukan ke kabinet untuk disetujui bulan depan sebelum dibawa ke parlemen untuk disahkan sebelum akhir tahun ini.

"Tanpa undang-undang yang mengatur ganja, ganja akan disalahgunakan," kata Cholnan pada Rabu (28/2/2024), seperti dikutip Reuters.

"Penyalahgunaan ganja berdampak negatif pada anak-anak Thailand. Dalam jangka panjang hal ini bisa mengarah pada obat-obatan lain."

Sanksi Lebih Berat

Cholnan menambahkan, toko ganja yang beroperasi secara ilegal tidak akan diizinkan untuk terus beroperasi, sementara ganja yang ditanam di dalam negeri juga tidak akan diperbolehkan. Ia menyebutkan jumlah toko yang terdaftar secara resmi sebanyak 20.000.

"Dalam undang-undang baru, ganja akan menjadi tanaman yang diawasi, jadi menanamnya memerlukan izin," katanya. "Kami akan mendukung (budidaya ganja) untuk industri medis dan kesehatan."

Rancangan undang-undang tersebut menetapkan denda hingga 60.000 baht untuk penggunaan rekreasi, sementara mereka yang menjual ganja untuk penggunaan tersebut dan berpartisipasi dalam iklan atau pemasaran tunas, resin, ekstrak atau alat pengasapan menghadapi hukuman penjara hingga satu tahun, atau denda hingga 100.000 baht atau keduanya.

Undang-undang ini juga memperberat hukuman bagi budidaya ganja tanpa izin, dengan hukuman penjara berkisar antara satu hingga tiga tahun dan denda mulai dari 20.000 baht hingga 300.000 baht.

Ia kemudian menambahkan impor, ekspor, budidaya dan penggunaan komersial ganja juga memerlukan izin sekarang. Pemerintah, yang menyadari manfaat ekonomi dari industri ganja, akan memberikan waktu bagi dunia usaha untuk menyesuaikan diri dengan peraturan baru tersebut.

Cholnan juga menyebut toko-toko tersebut dapat beroperasi sampai izinnya habis masa berlakunya dan diubah menjadi klinik ganja legal jika mereka mengikuti aturan baru, menambahkan bahwa peraturan baru tersebut tidak akan berdampak pada pariwisata.

Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang membebaskan penggunaan obat-obatan pada tahun 2018. Kemudian penggunaan rekreasional disahkan pada tahun 2022, di mana puluhan ribu toko ganja bermunculan dalam industri yang diproyeksikan bernilai hingga US$1,2 miliar pada tahun depan.

Para kritikus mengatakan aturan-aturan tersebut dibuat secara bertahap dan diadopsi dalam waktu seminggu setelah dekriminalisasi.

Pemerintahan sebelumnya gagal mendorong undang-undang melalui parlemen sebelum pemilihan umum Mei lalu, sehingga Thailand tidak memiliki undang-undang yang mengatur penggunaannya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: 287 Orang Tewas Selama Festival Songkran di Thailand

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular