Internasional

Houthi Menggila di Laut Merah, AS Sebut Bakal Ada Malapetaka Baru

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 March 2024 13:35
Foto satelit memperlihatkan kapal kargo MV Rubymar yang mengalami kebocoran usai diserang Houthi di Laut Merah, 19 Februari 2024. (Maxar Technologies/Handout via REUTERS)
Foto: Foto satelit memperlihatkan kapal kargo MV Rubymar yang mengalami kebocoran usai diserang Houthi di Laut Merah, 19 Februari 2024. (Maxar Technologies/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komando Pusat Amerika Serikat (AS) atau CENTCOM menyebut kehadiran kelompok Houthi dari Yaman di Laut Merah telah menambah ancaman baru bagi lingkungan di perairan penting tersebut.

Pernyataan ini muncul setelah sebuah kapal milik Inggris bernama Rubymar, yang diserang oleh Houthi bulan lalu, tenggelam di Laut Merah. Muatan kapal yang berisi bahan-bahan berbahaya ini pun disebut menimbulkan risiko bagi kehidupan laut di perairan tersebut.

"(Tenggelamnya kapal curah tersebut) menimbulkan risiko dampak bawah permukaan terhadap kapal-kapal lain yang transit di jalur pelayaran sibuk di jalur air tersebut," kata CENTCOM dalam pernyataannya di platform media sosial X, seperti dikutip Reuters pada Senin (4/3/2024).

Menurut pernyataan dari pemerintah Yaman dan CENTCOM, Rubymar jatuh di Laut Merah bagian selatan pada Jumat malam atau Sabtu dini hari lalu.

Ahmed Awad bin Mubarak, menteri luar negeri di pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional di Aden, juga buka suara mengenai hal ini dalam sebuah postingan di X.

"Tenggelamnya kapal Rubymar adalah bencana lingkungan yang belum pernah dialami Yaman dan wilayah sekitarnya sebelumnya," katanya. "Ini adalah tragedi baru bagi negara dan rakyat kami. Setiap hari kami membayar harga atas petualangan milisi Houthi..."

Rubymar yang terdaftar di Belize adalah kapal pertama yang hilang sejak Houthi mulai menargetkan kapal komersial pada November 2023. Serangan drone dan rudal tersebut telah memaksa perusahaan pelayaran untuk mengalihkan kapal ke rute yang lebih panjang di sekitar Afrika bagian selatan, sehingga mengganggu perdagangan global dengan menunda pengiriman dan membuat biaya menjadi lebih tinggi.

Militer AS sebelumnya mengatakan serangan rudal pada 18 Februari telah merusak kapal curah secara signifikan dan menyebabkan tumpahan minyak sepanjang 18 mil (29 km). Kapal itu membawa sekitar 21.000 metrik ton pupuk.

Terancamnya Kehidupan Laut

Ali Al-Sawalmih, direktur Stasiun Ilmu Kelautan di Universitas Yordania, mengatakan pelepasan bahan-bahan berbahaya yang berbentuk pupuk dari kapal Rubymar dalam jumlah besar ke Laut Merah menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan laut.

Ia mengatakan kelebihan nutrisi dapat merangsang pertumbuhan alga yang berlebihan, menghabiskan begitu banyak oksigen sehingga kehidupan laut tidak dapat bertahan hidup. Situasi ini menggambarkan proses yang disebut eutrofikasi.

"Rencana mendesak harus diadopsi oleh negara-negara di Laut Merah untuk menetapkan agenda pemantauan wilayah yang tercemar di Laut Merah serta mengadopsi strategi pembersihan," katanya.

Xingchen Tony Wang, asisten profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan di Boston College, juga mengatakan hal serupa. Ia menyebut dampak keseluruhannya bergantung pada bagaimana arus laut menghabiskan pupuk dan bagaimana pupuk dilepaskan dari kapal yang tertimpa bencana.

Ekosistem Laut Merah bagian selatan memiliki terumbu karang yang masih asli, hutan bakau pesisir, dan beragam kehidupan laut.

Tahun lalu, wilayah tersebut terhindar dari potensi bencana lingkungan ketika PBB memindahkan lebih dari 1 juta barel minyak dari supertanker membusuk yang ditambatkan di lepas pantai Yaman. Operasi semacam itu mungkin lebih sulit dilakukan dalam kondisi saat ini.

Serangan Houthi telah memicu kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas dapat meluas dan mengganggu stabilitas Timur Tengah.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Bombardir Yaman, Balas Dendam Serangan Houthi di Laut Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular