Bos LPS Bongkar Penyebab Ekonomi RI Sulit Tumbuh 6%

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Kamis, 29/02/2024 13:35 WIB
Foto: Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa saat hadir dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudi Sadewa mengaku heran mengapa Indonesia sulit tumbuh di atas 5% saat ini. Padahal, pertumbuhan lebih cepat di masa lalu sangatlah mudah.

Menurutnya, pada zaman SBY, ekonomi Indonesia bisa tumbuh mendekati 6%. Kemudian, pada zaman Jokowi, pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% dan tidak turun. Presiden Jokowi pun banyak membangun infrastruktur di mana-mana.

"Hitungan apapun harusnya perkembangan kita lebih cepat, saya lihat data-data lagi, saya periksa laju pertumbuhan kredit 10 tahun lalu hampir 20% lebih sekarang on average 7%," ungkap Purbaya dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2023).


Alhasil, Purbaya melihat pemerintah membangun ekonomi sendirian, karena sektor syariah, perbankan, swasta dan lainnya tidak membantu.

"Tapi itu salah kebijakan pemerintah sendiri, bapak kerja sendirian. Ga bisa begini pak. Tapi mengubah itu, tidak terlalu mudah. Ini paradigma para pengambil kebijakan moneter itu berlaku juga bagi LPS dan BI," ungkap Purbaya.

Oleh karena itu, dia menilai sektor finansial dan swasta perlu terlibat dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan keterlibatan swasta dan finansial, pertumbuhan konsumsi bisa kencang sekali hingga 5%-6% dan mendorong perekonomian.

Selain itu, Purbaya menilai ada keganjilan di belanja pemerintah yang besar-besaran. Menurutnya, belanja pemerintah besar tetapi sisanya di akhir tahun tetap besar

"Masih aja tidak terpakai mungkin Rp 600 juta sampai Rp 700 juta setiap tahun selama 5 tahun terakhir ," kata Purbaya. Mungkin ini, menurutnya, sulit karena hal birokrasi. Untuk itu, dia menilai perbaikan SDM harus dilakukan. Jika diperbaiki, pertumbuhan ekonomi 6-7% mudah saja.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Dijaga, Sektor Padat Karya Didorong Tumbuh