Internasional

Dokter Beri Warning 'Malapetaka' Baru di Gaza

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
29 February 2024 11:05
Anak-anak Palestina yang terlantar menunggu untuk menerima makanan gratis di tenda kamp, ​​di tengah kekurangan makanan, saat konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 27 Februari 2024. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Foto: Anak-anak Palestina yang terlantar menunggu untuk menerima makanan gratis di tenda kamp, ​​di tengah kekurangan makanan, saat konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 27 Februari 2024. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi di Gaza, Palestina, makin memprihatinkan. Serangan dan blokade Israel ke wilayah Pantai Palestina itu mendorong efek domino baru yang dirasakan warga.

Salah satunya adalah malnutrisi. Para dokter menyatakan satu dari lima wanita hamil yang dirawat di sebuah klinik pusat di Deir al Balah, Gaza, mengalami kekurangan gizi. Hal ini disebabkan kekurangan bahan bakar dan pasokan medis yang akhirnya menutup rumah sakit yang beroperasi di bagian Utara wilayah tersebut.

"Setiap hari, kami melihat perempuan dan anak-anak datang ke klinik kami karena menderita kekurangan gizi akut," kata dokter utama lembaga non profit Project Hope, dr. Maram, dikutip The Guardian, Kamis (29/2/2024).

Secara rinci, organisasi nirlaba tersebut mengatakan 21% wanita hamil yang dirawat di klinik Deir al Balah dalam tiga minggu hingga 24 Februari menderita kekurangan gizi. Ini juga dialami satu dari 10 anak yang diperiksa oleh dokter di sana.

"Ketika penyakit menular menyebar di daerah padat penduduk dan makanan menjadi semakin langka, kita akan melihat semakin banyak orang yang mengalami kelaparan, termasuk para petugas kesehatan yang berupaya membantu. Saya khawatir setiap hari karena saya tidak akan menemukan apa pun untuk dimakan."

Selama sebulan terakhir, pengiriman bahan logistik telah turun sekitar setengah dibanding Januari, menjadi rata-rata kurang dari 100 truk per hari, atau 2.300 truk sepanjang bulan. PBB mengatakan jumlah tersebut masih jauh dari perkiraan kebutuhan 500 truk setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Proyeksi PBB menunjukkan bahwa satu dari empat rumah tangga di Gaza, atau lebih dari setengah juta orang, "menghadapi kondisi bencana yang ditandai dengan kekurangan makanan, kelaparan dan kelelahan dalam kapasitas untuk bertahan hidup".

Laporan otoritas kesehatan pada 27 Februari lalu menyatakan dua anak meninggal di rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara karena kekurangan gizi dan dehidrasi.

Rumah sakit dan petugas kesehatan juga terkena dampak buruk dari pembatasan bantuan. Rumah sakit Al Awda di Jabalia, Gaza utara, dilaporkan menghentikan layanan medis pada hari Rabu karena kekurangan bahan bakar dan pasokan medis.

Rumah sakit tersebut adalah rumah sakit terakhir yang berfungsi di wilayah tersebut. Salah satu manajer seniornya, Dr Muhammad Salha, mengatakan penutupan rumah sakit tersebut akan menyebabkan kehilangan total pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat Gaza Utara.

Kebakaran juga terjadi di rumah sakit Nasser pada hari Rabu setelah serangan bom Israel. Rumah sakit terbesar di Gaza Selatan sudah tidak berfungsi lagi namun masih memiliki 120 pasien yang menunggu evakuasi.

PBB dan organisasi kemanusiaan mengatakan hambatan logistik termasuk pembatasan pergerakan, pemeriksaan perbatasan dan penutupan penyeberangan, serta pembekuan visa bagi banyak staf, menghambat upaya untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.

"Diperlukan waktu hingga satu bulan agar pasokan bisa masuk ke Gaza, karena setiap kotak di setiap truk harus diperiksa," kata lembaga Médecins Sans Frontieres pekan ini.

Pihak berwenang Israel, yang mengendalikan arus masuk barang ke Gaza, akan mengembalikan seluruh muatan jika ada satu barang yang ditolak selama pemeriksaan. Meski begitu, otoritas negara itu belum memberikan daftar barang yang dibatasi.

Israel mengatakan pihaknya tidak membatasi pengiriman bantuan. Tel Aviv menyalahkan lembaga-lembaga kemanusiaan atas kegagalan memasukkan lebih banyak pasokan ke wilayah tersebut.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan Israel setuju menghentikan aktivitas militer di Gaza selama bulan suci Ramadan. Menurutnya, ini merupakan bagian dari negosiasi antara Tel Aviv dan milisi penguasa Gaza, Hamas, untuk pembebasan sandera dan jeda serangan.

"Ramadan akan segera tiba, dan sudah ada kesepakatan dari pihak Israel bahwa mereka juga tidak akan melakukan kegiatan selama Ramadhan, untuk memberi kita waktu untuk mengeluarkan semua sandera," kata Biden saat tampil di acara NBC.

Di sisi lain, sumber senior yang dekat dengan perundingan gencatan senjata Hamas-Israel mengatakan kepada Reuters bahwa proposal damai Hamas-israel memungkinkan rumah sakit dan toko roti di Gaza diperbaiki dan 500 truk bantuan memasuki daerah kantong yang terpukul setiap hari.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Sepakat Gencatan Senjata, Israel Masih Sibuk Bombardir Gaza

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular