Jokowi Cerita Ngerinya Dunia Jadi Ancaman, RI Kena Getahnya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menceritakan situasi dunia yang mengerikan karena penuh ketidakpastian. Semua pihak harus bersiap, sebab Indonesia terkena getahnya.
"Tantangan global yang sangat rumit, juga bisa berdampak signifikan pada situasi ekonomi dan situasi sosial di dalam negeri," kata Jokowi di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
Ada sederet masalah yang harus dihadapi. Dimulai dari kondisi geopolitik, beberapa negara masih melanjutkan perang dan bahkan meluas. Antara lain konflik Rusia dan Ukrain, Israel dan Hammas serta kondisi di laut merah.
"Kita tahu konflik Ukraina belum selesai, datang konflik Gaza, ada tambahan Yaman, sehingga menyebabkan inflasi pangan melanda dunia," jelasnya.
Lonjakan inflasi terjadi karena perang mengakibatkan gangguan rantai pasok. Terutama pada komoditas pangan dan energi. Jokowi juga mengungkapkan sulitnya kini memenuhi pasokan beras, karena beberapa negara produsen menahan ekspor.
"Kita tahu kalau dulu banyak yang menawarkan pada kita misalnya beras, hampir semua negara produsen beras menawarkan berasnya kepada kita, sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen, itu juga tidak gampang dan tidak mudah," ungkap Jokowi.
"Karena semuanya sekarang ini ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya, baik gandum maupun beras, akibat perubahan iklim, akibat perubahan cuaca dan gangguan rantai pasok," paparnya.
Banyak negara maju dan diikuti negara berkembang merespons hal tersebut dengan kebijakan moneter yaitu kenaikan suku bunga acuan.
Hal ini menimbulkan gejolak di pasar keuangan. Banyak negara juga kesulitan mencari pembiayaan untuk menutupi kebutuhan belanja, sehingga harus berhadapan dengan tingginya bunga utang.
Kini Jepang dan Inggris sudah masuk ke jurang resesi. Jokowi mengatakan beberapa negara lain kemungkinan juga alami situasi yang serupa bahkan lebih buruk.
"Sebagai contoh Jerman sudah di angka72 persen. Kemungkinan bisa masuk ke resesi. Uni Eropa, EU juga sudah di angka 60 persen, Amerika di angka 40 persen dan kita patut kita syukuri, probabilitas Indonesia masih di angka 1,5 persen," ujarnya.
Buruknya perekonomian global berakibat lemahnya permintaan. Khususnya yang bersumber dari negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS) dan China yang akan mendorong pelemahan ekspor. Terlihat kini surplus neraca dagang Indonesia sudah makin menyempit.
Neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 surplus US$ 2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,06% secara year on year (yoy) menjadi US$ 20,52 miliar. Sementara impor US$ 18,51 miliar atau naik 0,36%.
(mij/mij)