
Laut Merah Jadi Jalur 'Neraka', Ini Syarat Houthi Hentikan Serangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok Houthi di Yaman mengatakan mereka hanya dapat mempertimbangkan kembali serangan rudal dan drone mereka terhadap pelayaran internasional di Laut Merah setelah Israel mengakhiri agresinya di Jalur Gaza.
Ketika ditanya apakah mereka akan menghentikan serangan jika kesepakatan gencatan senjata tercapai, juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam mengatakan kepada Reuters bahwa situasinya akan ditinjau kembali jika pengepungan Gaza berakhir dan bantuan kemanusiaan bebas masuk.
"Tidak akan ada penghentian operasi apapun yang membantu rakyat Palestina kecuali ketika agresi Israel di Gaza dan pengepungan berhenti," katanya, menjelang laporan baru mengenai dugaan serangan lainnya, Rabu (28/2/2024).
Sebuah kapal curah milik Yunani berbendera Kepulauan Marshall pada hari Selasa melaporkan bahwa sebuah rudal menghantam perairan 3 mil laut dari kapal tersebut, yang terletak 63 mil laut barat laut Hodeidah, Yaman, kata perusahaan keamanan maritim Inggris Ambrey.
Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) juga mengirimkan peringatan tentang insiden tersebut, menambahkan bahwa awak dan kapal dilaporkan selamat dan melanjutkan ke pelabuhan berikutnya.
Ada sebuah kapal tanker kimia/produk berbendera Panama milik UEA sekitar 2 mil laut jauhnya pada saat rudal itu terlihat, kata Ambrey.
Dalam peristiwa yang tampaknya terkait, televisi Al-Masira milik Houthi mengatakan pada Selasa malam bahwa AS dan Inggris bersama-sama melancarkan dua serangan udara di Hodeidah, kota pelabuhan tertua di Yaman.
Risiko pengiriman meningkat karena serangan Houthi yang berulang kali di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab sejak November dalam apa yang mereka gambarkan sebagai tindakan solidaritas dengan warga Palestina melawan Israel dalam perang Gaza.
Maersk mengingatkan kliennya untuk bersiap menghadapi gangguan di Laut Merah yang akan berlangsung hingga paruh kedua tahun ini dan memasukkan waktu transit yang lebih lama ke dalam perencanaan rantai pasokan mereka.
Galaxy Maritime Ltd, pemilik kapal pengangkut mobil Galaxy Leader yang terdaftar di Inggris dan dibajak oleh Houthi pada 19 November bersama 25 awaknya, mengatakan pada Selasa bahwa para pelaut dari Bulgaria, Ukraina, Meksiko, Rumania dan Filipina "tidak punya ada hubungannya dengan konflik di Timur Tengah".
"Keluarga dari mereka yang ditahan kini menyerukan komunitas internasional untuk mengambil tindakan guna menjamin pembebasan segera para awak kapal," kata Galaxy Maritime.
Sementara itu, nasib kapal kargo Rubymar yang ditinggalkan tidak jelas setelah dihantam rudal Houthi pada 18 Februari di Laut Merah bagian selatan dan menyebabkan kebocoran bahan bakar. Jika tenggelam, ini akan menjadi tenggelamnya kapal pertama terkait dengan kampanye Houthi yang sedang berlangsung.
Broker sewaan kapal tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang mencari kapal kerja untuk menutup lubang yang disebabkan oleh rudal Houthi.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kelompok Houthi Yaman Ngamuk, Incar Kapal Rute Israel