Sederet Isu Penghambat Pengembangan BBM 'Baru' di RI, Ini Daftarnya...

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
27 February 2024 14:35
Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan terdapat berbagai sederet tantangan bagi Indonesia dalam mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam negeri.



Salah satu yang menjadi poin pentingnya adalah besaran ekspor bioenergi termasuk biofuel dari Indonesia menurun drastis secara kumulatif hingga 70% dikarenakan penerapan EU Deforestation Regulation (EUDR) oleh Uni Eropa.

Hal itu diungkapkan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu. Dia mengatakan bahwa terdapat beberapa tantangan bagi Indonesia dalam mengembangkan bioenergi, salah satunya adalah tantangan Uni Eropa yang mendiskriminasi produk biodiesel Indonesia melalui kampanye negatif.

"Tuduhan anti dumping, pengenaan bea masuk tambahan atas produk bioenergi, khususnya sawit, dan yang terbaru adalah penerapan EU Devorestation Regulation atau EUDR. Berbagai tantangan tersebut telah menurunkan ekspor biodiesel kita hingga 70%," ujarnya dalam acara seminar APROBI Tantangan Industri Bioenergi, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (27/2/2024).

Adapun beberapa tantangan lain yang menghambat Indonesia mengembangkan potensi biofuel di dalam negeri seperti aspek kebijakan, keterbatasan teknologi, infrastruktur, keberlanjutan suplai, dan keberterimaan masyarakat.

"Tantangan yang cukup kompleks seringkali memerlukan pendekatan yang terpadu dan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut tantangan dari sisi sustainability of feedstock, jaminan ketersediaan sumber daya energi yang berkelanjutan, dan tidak bersaing dengan produksi pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan pupuk," jelasnya.

Lebih lanjut, Jisman menyebutkan industri bioenergi di dalam negeri menghadapi berbagai tantangan yakni tantangan biaya produksi bioenergi Yang seringkali lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil, keterbatasan insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah, keterbatasan infrastruktur dan jaringan distribusi yang diperlukan untuk menghasilkan, menyimpan, dan mendistribusikan bioenergi.

"Seperti pabrik pengolahan biomassa, biogas, plant, atau keterbatasan jaringan untuk menyerap listrik atau distribusi gas dari sumber bioenergi," katanya.

Dengan begitu, Jisman mengatakan untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan bioenergi dalam negeri, maka diperlukan pendekatan melalui pemerintah, organisasi nonpemerintah, dan masyarakat.

"Kita juga perlu mengeksplorasi peluang dan potensi yang belum tergarap sepenuhnya dalam industri biodiesel kita," ujarnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Kaget, BBM Hijau Sumbang Mayoritas Energi Terbarukan di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular