'Awan Gelap' Dunia Hantam RI, Sri Mulyani Beberkan Buktinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dunia saat ini dan ke depan masih suram. Situasi tersebut bahkan sudah memengaruhi perekonomian Indonesia, yaitu terlihat dari komponen ekspor.
Dia mengatakan suramnya perekonomian dunia itu disebabkan oleh suku bunga yang melonjak tinggi dalam 18 bulan terakhir. Dia menyebut era suku bunga tinggi itu menyebabkan perekonomian dunia melemah.
"Perkembangan inflasi global yang mulai menurun memberikan harapan penurunan suku bunga, namun ini diprediksi baru turun pada semester II-2024," kata Sri Mulyani dalam konpers APBN Kita, dikutip Minggu (25/2/2024).
Sri Mulyani berkata banyak negara menggunakan anggarannya secara besar-besaran saat pandemi. Tindakan tersebut berlanjut ketika kondisi suku bunga tinggi ini.
"Posisi tidak menguntungkan karena berbagai perekonomian global dan domestik negara dalam posisi lemah yang biasanya butuh intervensi dari fiskal dan moneter. Namun, space di berbagai negara sudah sangat terbatas. Inilah yang harus jadi perhatian kita, bahwa kita perlu menavigasi situasi yang sangat rentan dari sisi global," katanya.
Dia mengatakan sektor manufaktur berbagai negara menjadi tertekan. PMI manufaktur yang kontraksi atau angka indeksnya di bawah 50 adalah kawasan Eropa, termasuk Jepang, Perancis Italia, Inggris, Jepang Thailand, Malaysia, Turki, Kanada, dan Afrika Selatan.
"Artinya dunia masih dalam posisi yang ringkih atau rentan," kata Sri Mulyani.
Ia mengatakan, hanya 22,7% negara yang disurvei PMI Manufaktur yang kondisinya telah mengalami pemulihan angka indeksnya, yakni di atas 50. Di antaranya Amerika Serikat, Korea Selatan, Vietnam, Australia, dan Brazil.
"Dengan demikian kita akan lihat kinerja APBN 2024 akan jadi salah satu bekal untuk menjalani 2024 yang kita harap tetap terjaga dengan baik kredibilitas kehati-hatian dan sustainabilitas APBN yang menjadi penjaga masyarakat kita ketika dunia dihadapi guncangan," ujar dia.
(luc/luc)