Menteri Jokowi Blak-Blakan Target Kemiskinan Ekstrem Sulit Capai 0%

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Jumat, 23/02/2024 11:20 WIB
Foto: Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam Rakornas Kepala Desa dan Forkopimda Tahun 2023. (Tangkapan Layar Youtube Kemendagri RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan kemiskinan ekstrem bisa mencapai 0% - 1% di tahun 2024. Namun beberapa menteri mengungkapkan target ini sulit untuk dicapai.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjabarkan tingkat kemiskinan ekstrem sudah berada pada posisi 1,12%, dan sudah mengalami penurunan sekitar 0,90% pada tahun 2022 - 2023. Sehingga menurutnya untuk mencapai target 0% itu cukup sulit.

"tahun 2024 ini untuk kemiskinan ekstrem kita harapkan bisa (turun) walaupun tidak nol benar. 0% persis saya kira tidak mungkin, paling tidak di bawah 0,5%," katanya mengutip siaran Sekretariat Wakil Presiden, Jumat (23/2/2024).


Muhadjir menjelaskan asumsinya jika pada tahun lalu hanya mengalami penurunan 0,9%, maka kemungkinan pada tahun ini hanya bisa turun menjadi 0,5%.

"Saya kira kalau itu (turun 0%) mustahal, bukan mustahil karena posisi sekarang sudah 1,12% itu tahun 2023. Tahun 2022 - 2023 turunnya 0,9% jadi kalau kita asumsikan turunnya separuh saja misalnya 0,5% saja itu pasti sudah di bawah 1%," katanya.

Lebih lanjut, Muhadjir menjelaskan ada banyak faktor kemiskinan yang menyebabkan angka kemiskinan ekstrem sulit mencapai 0%. Terlebih jumlah populasi di Indonesia yang juga besar.

"Kalau bulat nggak mungkin lah, kita kan memang populasi yang miskin ekstrem itu masih sekitar 6 juta, yang miskin masih 26 juta jadi memang angka absolutnya sangat besar. Kemudian sebaran faktor penyebab kemiskinan itu bervariasi sekali," kata Muhadjir.

Sebelumnya menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa juga melihat penurunan angka kemiskinan ekstrem 0% sulit dicapai.

Hal ini disampaikan Suharso dalam rapat dengar dengan Komisi XI DPR RI Rabu, (5/4/2023).

"Tantangan cukup berat, oleh karena itu harus dicapai dengan perbaikan data secara total dan integrasi program yang disertai dengan pemberdayaan ekonomi yang masif," paparnya.

Terlebih, menurutnya target tersebut akan semakin sulit dicapai karena adanya perubahan biaya kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat yang ditetapkan oleh Bank Dunia. Seperti diketahui, Bank Dunia telah merevisi garis kemiskinan ekstrem dari US$ 1,90 menjadi US$ 2,15 per kapita per hari. Dengan menggunakan angka US$ 2,15 maka pemerintah hanya dapat menurunkan angka kemiskinan ekstrem di level 2,5%.

Dengan demikian, apabila pemerintah menggunakan indikator US$ 1,9 per kapita per hari penurunan tingkat kemiskinan ekstrem hanya dapat dicapai di level 1,2%. Namun, Suharso tetap memastikan pemerintah terus berupaya untuk mencapai target tersebut.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: DEN Usul Garis Kemiskinan RI Naik Jadi Rp 765 Ribu Per Bulan