Produksi Beras Maret Diprediksi 3,5 Juta Ton, Harga Langsung Terjun?

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
22 February 2024 20:20
Pekerja melakukan pengemasan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di gudang Bulog Kanwil Jakarta Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (17/10/2023). Beras SPHP bertujuan untuk menurunkan harga beras di pasaran. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Pekerja melakukan pengemasan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di gudang Bulog Kanwil Jakarta Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (17/10/2023). Beras SPHP bertujuan untuk menurunkan harga beras di pasaran. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras terpantau terus beranjak naik. Bahkan, kini sudah melampaui Rp16.000 per kg untuk premium dan tembus Rp14.000 per kg medium. Ini adalah harga rata-rata nasional harian di tingkat pedagang eceran, mengutip Panel Harga Badan Pangan (Kamis, 22/2/2024). 

Padahal, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah Rp. 10.900/kg medium, sedangkan beras premium Rp 13.900/kg untuk Zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi. Sementara, HET beras di Zona 2 meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan dipatok Rp 11.500/kg medium dan beras premium Rp 14.400/kg. Sementara di zona ke-3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp 14.800/kg. HET ini diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional No 7/2023, HET beras berlaku sejak Maret 2023.

Lalu sampai kapan harga beras akan terus naik? Akankah harga beras bisa turun di bulan Maret nanti?

Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa mengatakan, Kerangka Sampel Area (KSA) BPS memprediksi ada kemungkinan terjadi surplus beras sekitar 1 juta ton pada bulan Maret nanti. Produksi beras diprediksi mencapai 3,5 juta ton, sementara kebutuhan beras per bulan adalah 2,5 juta ton.

"Di bulan Maret menurut prediksi KSA BPS kita produksinya sekitar 3,5 juta ton beras. Jadi ini akan terjadi surplus. Nah, harapan kita habis Maret, April, Mei, Juni juga terjadi surplus. Kalau itu terjadi, maka mulai lah akan terjadi penyesuaian atau koreksi harga yang ke bawah," kata Ketut kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/2/2024).

"Memang betul di bulan Januari dan Februari kondisi di lapangan itu penggilingan padi mengatakan, memang pasokan relatif agak kurang dan harganya tinggi di tingkat petani. Jadi kita harus percaya dengan (data) BPS, katakanlah nanti koreksi dikit-dikit, tapi biasanya kalau BPS mengatakan surplus, dia pasti akan surplus," ujarnya.

Sebelumnya, imbuh dia, prediksi BPS sudah terbukti.

"Karena contohnya saja Januari-Februari memang sudah terbukti. Oleh karena itu di Maret, karena (katanya produksi) 3,5 juta ton, inilah yang kita pegang dulu. Mudah-mudahan koreksinya naik. Artinya, bisa saja 3,6 juta atau 3,7 juta ton kan lumayan," tambah dia.

Dengan begitu, dia mengatakan, harga pun bisa berangsur terkoreksi ke bawah atau mengalami penurunan.

"(Angka prediksi surplus) ini yang harus kita pegang dulu, kita percayai, kita yakinkan dulu kepada masyarakat, karena petani sudah mulai menanam di bulan Desember," ujar Ketut.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Ini Biang Kerok Harga Beras Mahal, Terus Pecah Rekor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular