
Putin 'Pede' Rusia Menang Telak di Ukraina, Tandanya Mulai Terlihat

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin terus berusaha mengalahkan Ukraina dan mencaplok wilayah timur negara tetangganya tersebut. Ini terjadi setelah Moskow memulai serangan besar-besaran ke negara tetangganya itu dua tahun lalu.
Dalam penilaian terbaru, Putin diperkirakan lebih optimistik dibandingkan tahun lalu. Kepercayaan diri Putin didukung oleh kegagalan Amerika Serikat (AS) untuk memberikan bantuan militer senilai US$60 miliar (Rp960 triliun) dan membatasi keberhasilan baru-baru ini di medan perang, yaitu merebut kota Avdiivka.
"Kami tidak percaya Rusia telah menyerah pada tujuan maksimalnya untuk menundukkan Ukraina," kata para pejabat Barat dilansir The Guardian, Kamis (22/2/2024).
Perang besar-besaran antara Rusia dan Ukraina dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu. Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan aliansi militer Barat pimpinan AS, NATO, yang notabenenya merupakan rival dari Moskow.
Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultranasionalis Ukraina.
Saat ini, Ukraina mendapatkan tekanan keras dari Moskow di medan perang. Terbaru, Rusia berhasil menguasai kota Avdiivka, yang menurut Putin sebagai kemenangan kunci yang krusial.
Kekalahan Kyiv tak lepas dari menipisnya stok persenjataan negara itu. Kurangnya stok amunisi ini diperparah dengan bantuan persenjataan dari AS yang mandek lantaran pergulatan politik dalam negeri di Negeri Paman Sam.
Michael Kofman, seorang rekan senior dan spesialis militer Rusia di Carnegie Endowment for International Peace, memperkirakan bahwa artileri Rusia menembak lima kali lebih cepat daripada artileri Ukraina.
"Ukraina tidak mendapatkan jumlah amunisi artileri yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertahanan minimumnya, dan ini bukanlah situasi yang berkelanjutan di masa depan," tambah Kofman.
Meski begitu, jumlah korban Rusia dalam perebutan kota ini disebut-sebut cukup besar. Dalam pengamatan pejabat Barat, jumlah korban harian di Rusia diperkirakan mendekati 900 orang.
"Kami tidak percaya Rusia memiliki rencana yang berarti selain terus berperang dengan harapan bahwa jumlah tenaga kerja dan peralatan Rusia pada akhirnya akan menunjukkan hal tersebut," ujar pejabat Washington.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Ngamuk di Tahun Baru, Perang Rusia-Ukraina Makin Ngeri
