
NATO 'Kalang Kabut', Putin Klaim Kemenangan Baru Perang Rusia-Ukraina

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim kemenangan baru di perang Rusia ke Ukraina. Pasukannya, dilaporkan mengambil alih kendali penuh atas kota Avdiivka di Ukraina, Sabtu waktu setempat.
Ini menjadi peristiwa krusial bagi Moskow dalam sembilan bulan terakhir. Jatuhnya Avdiivka adalah pencapaian terbesar Rusia sejak merebut kota Bakhmut pada Mei 2023 dan terjadi hampir dua tahun sejak Putin mengumumkan perang skala penuh.
"Presiden mengucapkan selamat kepada militer dan pejuang kami atas kemenangan penting ini, atas keberhasilan tersebut," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita negara, dikutip AFP, Senin (19/2/2024).
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah maju sejauh 8,6 km di garis depan sepanjang 1.000 km. Pasukan Rusia dilaporkan terus maju setelah pertempuran mematikan yang dikatakan telah menghancurkan seluruh kota.
"Avdiivka adalah pusat pertahanan yang kuat bagi angkatan bersenjata Ukraina dan penaklukannya akan memindahkan garis depan dari (kota) Donetsk, sehingga mengurangi kemampuan Ukraina untuk menyerang benteng Rusia," kata kementerian itu merujuk wilayah Donetsk di Ukraina yang menjadi salah satu dari empat wilayah yang diklaim Rusia telah dianeksasi.
"Saat ini, langkah-langkah sedang diambil untuk membersihkan kota dari militan dan memblokir unit Ukraina yang telah meninggalkan kota dan bersembunyi di pabrik kokas Avdiivka di utara," tambah Kementerian Pertahanan Rusia.
Sementara itu, Ukraina mengatakan pihaknya telah menarik tentaranya untuk menyelamatkan pasukannya dari pengepungan penuh setelah pertempuran sengit selama berbulan-bulan terjadi. Namun, belum ada komentar publik resmi dari pihak berwenang Ukraina mengenai hal ini.
Di sisi lain, televisi pemerintah Rusia menunjukkan bendera biru dan kuning Ukraina diturunkan di Avdiivka dan bendera tiga warna putih, biru dan merah Rusia dikibarkan. Rusia menganggap penarikan pasukan Ukraina sebagai tindakan yang tergesa-gesa dan kacau, dengan beberapa tentara dan senjata tertinggal.
Sebelumnya, perang Rusia dan Ukraina terjadi sejak Februari 2022. Ini memicu perang skala penuh setelah delapan tahun konflik di Ukraina timur antara pasukan Ukraina di satu sisi dan Ukraina pro-Rusia serta proksi Rusia di sisi lain.
Eropa dan NATO 'Kalang Kabut'
Situasi ini membuat Eropa dan NATO pening. Negara-negara Eropa Barat khususnya disebut mengalami " kegagalan yang besar" ketika berpikir bahwa perang Rusia di Ukraina tidak akan menimpa mereka selanjutnya.
Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen mengkritik berkurangnya rasa urgensi di antara para delegasi Eropa di Konferensi Keamanan Munich yang digelar Sabtu waktu setempat. Tak maksimalnya bantuan ke Ukraina menjadi penyebab.
"Rasa urgensinya tidak cukup jelas dalam diskusi kami.. Kita harus mempercepat dan meningkatkannya," katanya merujuk tambahan bantuan ke Ukraina.
"Ini bukan hanya pertanyaan tentang produksi karena kita punya senjata, kita punya amunisi, kita punya pertahanan udara yang tidak perlu digunakan saat ini, yang harus dikirimkan ke Ukraina," tambahnya lagi.
Denmark sendiri diketahui telah menyumbangkan seluruh altilerinya ke Ukraina. Negeri itu mendesak hal sama dilakukan negara lainnya.
"Sabtunya harus ada pengiriman baru ... Kata-kata tidak akan menyelesaikan situasi ini," tambahnya.
PM Bulgaria Nikolay Denkov juga mengatakan situasi makin mendesak. Pejabat Eropa, tegasnya, juga harus menyadarkan warganya betapa perang ini penting.
"Kita harus membuka mata setiap warga negara di Eropa untuk memahami bahwa kehidupan yang kita nikmati, kehidupan yang kita ingin aman bisa hilang seperti yang telah terjadi berkali-kali dalam sejarah ... Ini penting," tambahnya menyinggung Rusia.
Sementara itu kemenangan Rusia membuat NATO menunjuk Amerika Serikat (AS). Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyerukan Washington untuk memberikan "apa yang telah mereka janjikan" kepada Ukraina kala paket bantuan militer senilai US$60 miliar diblokir di Kongres.
"Ada kebutuhan penting dan mendesak bagi AS untuk memutuskan paket bantuan untuk Ukraina karena mereka membutuhkan dukungan tersebut", kata Stoltenberg.
"Jadi sekarang adalah tugas AS untuk mewujudkan apa yang telah mereka janjikan," tambahnya.
Sebenarnya Presiden Joe Biden sendiri pun telah memperingatkan bahwa Avdiivka bisa jatuh ke tangan pasukan Rusia karena kekurangan amunisi menyusul penolakan Kongres dari Partai Republik selama berbulan-bulan terhadap paket bantuan militer AS yang baru untuk Kyiv. Melalui pernyataan Gedung Putih, Biden telah menelepon Zelensky pada Sabtu untuk menggarisbawahi komitmen AS untuk terus mendukung Ukraina dan menegaskan kembali perlunya Kongres untuk segera meloloskan paket tersebut.
"Penarikan pasukan itu ... karena berkurangnya pasokan akibat kelambanan kongres, yang memaksa tentara Ukraina untuk menjatah amunisi dan menghasilkan keuntungan penting pertama bagi Rusia dalam beberapa bulan," ujar kantor Biden.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article NATO Buat Kejutan di Pintu Gerbang Rusia, Ini Reaksi Putin