Harga Beras Terus Meroket Cetak Rekor, Apa Penyebabnya?

Emir Yanwardhana & Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
16 February 2024 16:00
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pengecekan stok beras di Gudang Bulog Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jumat (16/2/2024). Dalam kesempatan itu ia juga kembali membagikan bantuan pangan beras 10 kilogram ke keluarga penerima manfaat. (CNBC Indonesia/Emir Yanwardana)
Foto: Penampakan foto beras CPB di Gudang Bulog Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jumat (16/2/2024).
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras kembali melonjak hari ini, Jumat (16/2/2024). Bahkan, cetak rekor baru lagi, baik untuk jenis premium maupun medium.

Harga beras premium hari ini naik Rp40 ke Rp15.940 per kg. Sepekan lalu, 9 Februari 2024, harganya masih di Rp15.530 per kg.

Harga beras medium hari ini naik Rp20 ke Rp13.970 per kg. Sepekan lalu, harganya masih di Rp13.600 per kg.

Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran, mengutip Panel Harga Badan Pangan, pukul 14.25 WIB.

Lalu apa penyebab harga beras masih terus mahal, bahkan menanjak naik lagi?

Pantauan CNBC Indonesia di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024), harga beras termurah dijual Rp16.000 per kg dan termahal Rp20.000 per kg untuk jenis beras spesial Pandan Wangi. Sementara untuk beras jenis premium, dipatok Rp18.000 per kg.

Damar, pedagang beras di pasar ini membeberkan, sekarang ini harga beras medium per karung 50 Kg sudah dipatok Rp800.000, maka jika dijual kiloan itu harganya sudah Rp16.000 per kg. Sedangkan, untuk beras premium sekarang ini sudah dipatok Rp900.000, atau Rp18.000 per kg.

Mirisnya, beras yang dibanderol Rp16.000 per kg itu kualitasnya banyak yang patah.

Pedagang beras curah di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Pedagang beras curah di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Pedagang beras curah di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Stok Melimpah

Padahal, pemerintah berulang kali menegaskan, stok beras masih aman. Bahkan, menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi), stok beras berlimpah.

Hal itu disampaikannya usai meninjau langsung stok cadangan beras pemerintah (CBP) ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta dan Gudang Perum Bulog di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat sejak kemarin, Kamis (15/2/2024) dan hari ini, Jumat (16/2/2024).

"Kalau stok enggak masalah, tadi kita lihat sendiri stoknya sangat melimpah seperti itu," kata Jokowi saat memberikan pernyataan pers di Kota Bekasi.

"Yang paling penting memang bagaimana mendistribusikan secara baik dan sampai ke pasar, sampai ke masyarakat, sampai ke supermarket. Semuanya bisa tersedia," kata Jokowi.

Tak hanya itu, pemerintah juga telah menugaskan Bulog mengimpor beras untuk mengisi CBP tahun ini. Kuota impor tahun ini adalah 2 juta ton, ditambah sisa penugasan tahun 2023 lalu sebanyak 500.000 ton.

Bahkan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, ada sebanyak 7,30 juta ton stok beras nasional di awal tahun 2024 (data per 22 Januari 2024).

Angka ini lebih tinggi sekitar 3,24 juta ton atau 79,80% dari posisi stok beras nasional awal tahun 2023 yang hanya 4,06 juta ton. Data tersebut per Desember 2023, mengutip paparan Bapanas dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi tahun 2023 yang digelar oleh Kemendagri.

Sementara, kebutuhan beras nasional diprediksi mencapai 2,60 juta ton per bulan atau 85.520 ton per hari.

Jika data Bapanas tersebut benar adanya, berarti stok yang ada cukup untuk 2,80 bulan atau sekitar 84 hari sejak awal tahun 2024.

Artinya masih tersedia stok untuk 37 hari atau sekitar 1 bulan.

Sebagai informasi, menurut Bapanas, data stok tersebut adalah mengacu pada Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINAS-NKI). Dengan begitu, data stok memperhitungkan posisi di berbagai platform, termasuk Bulog.

"Stok beras yang dikuasai Bulog saat ini ada sebanyak 1,4 juta ton dan sangat cukup untuk kebutuhan penyaluran Bantuan Pangan Beras sampai dengan bulan Juni, penyaluran beras SPHP dan menghadapi Puasa serta Lebaran," kata Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi saat mendampingi Presiden Jokowi meninjau gudang Bulog di Cibitung, Jumat (16/2/2024).

Penyebab Harga Meroket

Bayu sebelumnya menjelaskan, lonjakan harga dan kelangkaan stok beras khususnya beras premium dipicu gencarnya bantuan beras dari pemerintah.

Menurut Bayu, harga beras yang tinggi saat ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara permintaan dengan ketersediaan, alias faktor supply-demand.

Dia memaparkan, sejak tahun 2023 lalu, Indonesia mengalami penurunan produksi di sentra-sentra produksi sampai 2,05%. Yakni, dari sebelumnya 31,54 juta ton di tahun 2022 menjadi 30,90 juta di tahun 2023. Kondisi itu dipicu efek kemarau ekstrem akibat fenomena iklim El Nino.

"BPS telah mengatakan memang produksi kita turun, sehingga supply dan demandnya tidak seimbang. Ini yang membuat harga beras tinggi, yang bisa bikin harga beras turun adalah produksi dalam negeri," katanya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (13/2/2024).

Kondisi itu kemudian disusul lonjakan harga gabah di tingkat petani, termasuk di sentra-sentra produksi. Bahkan sudah meroket ke atas HPP yang ditetapkan sejak Maret 2023 lalu. Akibatnya, lonjakan harga beras di konsumen tak terhindarkan.

Bayu mengungkapkan, per 12 Februari 2024 kemarin di Indramayu harga gabah sudah Rp7.350 per kg, sementara beras premiumnya sudah mencapai Rp15.475 per kg. Kemudian di wilayah Karawang harga gabah mencapai Rp7.350 per kg dan beras premium mencapai Rp 14.333 per kilogram. Wilayah Banyumas harga gabah mencapai Rp8.500 dan harga beras premium Rp15.000 per kg, Sragen harga gabah Rp8.100 dan harga beras premiumnya mencapai Rp14.200 per kg. Begitu pun di Ngawi, harga gabah mencapai Rp8.200 per kg dan harga beras premiumnya mencapai Rp15.700 per kg.

"Jadi kondisi harga gabah yang sudah di atas Rp7.500-Rp8.000 an itu terjadi di hampir semua sentra-sentra produksi," ucapnya.

Presiden Jokowi tinjau stok beras di PIBC, Kamis (15/2/2024), dok: BapanasFoto: Presiden Jokowi tinjau stok beras di PIBC, Kamis (15/2/2024), dok: Bapanas
Presiden Jokowi tinjau stok beras di PIBC, Kamis (15/2/2024), dok: Bapanas

Efek Tahun 2022

Sementara itu, Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan menjabarkan penyebab utama lonjakan harga beras yang kini pecah rekor dan makin menjauhi HET.

"Kami mendapati laporan untuk harga beras medium terkerek di Rp13.500 per kg sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp18.500 per kg, persoalan harga beras yang tak kunjung menyentuh HET ini akibat pemerintah tidak serius dalam pengelolaan perberasan sejak musim tanam tahun 2022 hingga kini sehingga produktivitas beras kita datanya simpang siur," tukasnya.

"Untuk itu, kami mendorong agar sinkronisasi data antara beras yang disebarkan untuk bansos dan untuk pedagang pasar. Itu penting untuk keberlangsungan pasar agar harga di pasar tidak tinggi," tambah Reynaldi.

Dia pun meminta pemerintah berhati-hati dengan lonjakan harga dan kelangkaan beras di pasar tradisional.

"Ini penting karena ini momen politik, musim pemilu sehingga banyak beras yang diambil di luar pasar tradisional atau produsen besar. Ini yang harus di jaga oleh pemerintah untuk ke depan," sebut Reynaldi.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras RI Makin Mahal, Bisa Turun Tahun Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular