Dolar Berbalik Melemah, Utang Luar Negeri Naik di Akhir 2023

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
15 February 2024 10:38
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Desember 2023 atau kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$ 407,1 miliar atau Rp 6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$). Angka ini tumbuh 2,7% (yoy) dan meningkat 1,54% dibandingkan bulan November 2024.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan peningkatan tersebut terutama bersumber dari transaksi ULN sektor publik.

"Selain itu, peningkatan posisi ULN pada kuartal IV-2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global termasuk Rupiah," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Kamis (15/4/2024).

Erwin menegaskan ULN pemerintah tetap terkendali serta dikelola secara terukur dan akuntabel. Posisi ULN pemerintah pada akhir triwulan IV 2023 sebesar 196,6 miliar dolar AS atau tumbuh 5,4% (yoy), meningkat dari pertumbuhan 3,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.

Menurut BI, kenaikan ULN pemerintah juga dipengaruhi oleh peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional, seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar sejalan dengan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.

Adapun, ULN swasta tetap terkendali serta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta pada akhir triwulan IV 2023 tercatat sebesar 197,0 miliar dolar AS, atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,9% (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan III 2023 sebesar 3,5% (yoy).

"Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 2,4% (yoy) dan 1,8% (yoy)," tegas Erwin.

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,7% dari total ULN swasta.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Lapor Utang Luar Negeri RI Capai Rp6.349 T di Akhir 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular