Rusia Tunjuk AS Biang Kerok Chaos Timur Tengah
Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia menunjuk Amerika Serikat (AS) sebagai biang kerok chaos di Timur Tengah. Ini terkait serangan terbaru pemerintah Presiden Joe Biden ke milisi pro Iran di Irak dan Suriah, akhir pekan kemarin.
Dalam sebuah sesi Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyebut AS melanggar hukum internasional dan terus menaburkan kekacauan serta kehancuran di Timur Tengah. Ia menambahkan Washington telah memperlebar konflik yang awalnya hanya terjadi antara Israel dan Palestina.
"AS melakukan agresi terhadap Irak dan Suriah yang bertujuan untuk mempertahankan dominasi globalnya dan menyelamatkan citra pemerintahan Biden menjelang pemilu AS," paparnya dikutip media asal Kanada, CTV News dan juga Al-Jazeera dikutip Selasa (6/2/2024).
Sebagaimana diketahui, memanasnya situasi di Timur Tengah baru-baru ini terjadi pasca pecahnya perang antara Israel dan milisi Gaza Palestina, Hamas. Ini membuat AS, selaku sekutu Israel, dan Iran, yang menyokong Hamas bersama proksinya yang lain, turun tangan.
Sejak perang dimulai, Washington telah secara signifikan memperkuat postur militernya di wilayah tersebut. Tercatat, Pentagon memindahkan sekitar 1.200 anggota militer AS ke dalam kelompok penyerang kapal induk Angkatan Laut dan Unit Ekspedisi Marinir yang beranggotakan sekitar 2.000 orang ke Timur Tengah
Dan di beberapa tempat, termasuk Irak dan Suriah, kehadiran militer AS melebihi kehadiran Iran dan sekutunya. Lokasi ini pun akhirnya menjadi ladang pertempuran antara milisi pro-Teheran dan Washington.
Selain Rusia, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun, menyuarakan keprihatinannya mengenai ketegangan terbaru ini. Ia juga mengalamatkan tuduhan kepada AS.
"AS menyatakan bahwa mereka tidak berupaya menciptakan konflik di Timur Tengah atau di mana pun, namun kenyataannya justru sebaliknya," kata Zhang.
"Tindakan militer AS tidak diragukan lagi memicu kekacauan baru di kawasan ini dan semakin meningkatkan ketegangan," ujarnya.
Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama, perwakilan Arab di dewan tersebut, membela kedaulatan Irak dan Suriah dan juga mengatakan serangan udara AS kemungkinan akan semakin memperburuk situasi yang sudah genting.
"Hal ini berpotensi mengarah pada eskalasi lebih lanjut. Kami sangat yakin bahwa kekerasan bukanlah dan tidak akan pernah menjadi sarana perdamaian dan stabilitas," kata Bendjama.
Meski mendapat beberapa tudingan, Wakil Duta Besar AS Robert Wood membantah bahwa AS mempunyai hak mutlak untuk membela diri terhadap serangan terhadap pasukan AS dan tindakan yang diambilnya "perlu dan proporsional".
Ia menegaskan ini merupakan serangan balik atas apa serbuan milisi pro Iran ke markas pasukan Negeri Paman Sam di wilayah itu.
Wood mengatakan bahwa sejak 18 Oktober, kelompok milisi yang berpihak pada Iran telah menyerang pasukan AS dan koalisi lebih dari 165 kali di Irak, Suriah, dan dalam serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas AS di Yordania yang membunuh 3 prajurit Washington.
AS membalasnya dengan 85 serangan udara di Irak dan Suriah pada 2 Februari yang diklaim kedua negara mengakibatkan kematian warga sipil, cedera, dan kerusakan properti. Mereka mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan mereka.
"AS tidak ingin terjadi lebih banyak konflik di wilayah di mana mereka secara aktif berupaya untuk menahan dan meredakan konflik di Gaza," kata Wood.
"Dan kami tidak bermaksud melakukan konflik langsung dengan Iran. Tetapi kami akan terus membela personel kami dari serangan yang tidak dapat diterima. Titik."
(sef/sef)