Besok! Bos Pengembang akan Buka-Bukaan Soal Propertinomic

Jakarta, CNBC Indonesia - Konstruksi dan real estate sangat strategis bagi perekonomian nasional, karena mencakup 185 sub sektor mencakup padat karya. Di sisi lain pasar sektor ini khususnya real estate masih terbuka dengan adanya data kesenjangan kepemilikan rumah atau backlog rumah yang diperkirakan mencapai belasan juta unit.
Namun, data menunjukkan sektor real estate mengalami pertumbuhan stagnan hanya 2,18% dengan sumbangannya terhadap PDB hanya 2,41% yoy pada kuartal IV-2023. Pada kuartal III-2023, sektor real estate mampu mencatatkan pertumbuhan 2,21% dengan kontribusi ke PDB 2,40%.
Sedangkan sektor konstruksi sepanjang kuartal IV-2023 tumbuh 7,68% secara tahunan atau (year on year/yoy) pada kuartal IV-2023, dengan kontribusi terhadap total produk domestik bruto (PDB) 10,49%.
"Dipengaruhi pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan kemudian pembangunan jalan tol, dan beberapa pembangunan rumah," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di kantornya, Jakarta, Senin (5/2/2024).
"Real estat aktivitasnya tidak hanya bangun rumah tapi ada aktivitas lain seperti penjualan, sewa, atau tukar, atau membeli dari orang yang sudah memiliki rumah sebelumnya, jadi bukan bangun baru," ucap Amalia.
Langkah insentif fiskal memang sudah diberikan pemerintah, Menteri Keuangan Sri Mulyani resmi memberikan insentif gratis PPN untuk pembelian rumah di bawah Rp2 miliar.
Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto merespons positif kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memberikan insentif bagi sektor properti, termasuk untuk pembelian rumah murah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Yang jelas kami mengucapkan terima kasih kepada Presiden. Memang kita pernah sampaikan kepada beliau concern ini saat Munas (Musyawarah Nasional) kemarin (Munas REI bulan Agustus 2023). Pertama, bahwa sektor ini memang belum rebound seperti industri lainnya," kata Joko kepada CNBC Indonesia.
Selain itu, Joko mengatakan perlu ada kebijakan lain untuk terus mendukung sektor real estate secara konsisten dan berkelanjutan demi menggerakkan ekonomi.
"Kedua, kita sampaikan ke Presiden skema propertinomic. Maksudnya, sektor ini jadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Data selama ini clear menunjukkan kontribusi properti terhadap perekonomian. Salah satunya terhadap PAD (pendapatan asli daerah) sebesar 30-40%," paparnya.
Joko menambahkan, masih ada kesenjangan kepemilikan rumah atau backlog rumah yang diperkirakan mencapai 12,7 juta unit, industri properti memiliki multiplier effect ekonomi ke 185 subsektor.
"Karena itu lah kami juga mengusulkan agar sektor properti ini masuk proyek strategis nasional (PSN). Karena industri ini menggerakkan berbagai sektor ekonomi. Industri ini juga padat karya. Belum lagi dengan adanya bonus demografi," ujar Joko.
Ia bilang REI memiliki anggota sebanyak 6.400 pengembang. Jika satu perusahaan saja investasi Rp10 miliar, bisa diperkirakan efek ekonomi yang digerakkan oleh Rp64 triliun.
"Ini lah harapan yang kami sampaikan saat Munas lalu. Terkait kebutuhan sektor properti ini, termasuk dari kebijakan seperti insentif pajak," sebutnya.
Joko berharap, jika Presiden memutuskan pemberian PPN DTP, agar diberikan secara konsisten. Begitu juga dengan rencana subsidi administrasi pembelian rumah MBR.
"Kita berharap PPN DTP diberikan konsisten, untuk mendorong pertumbuhan. Katakanlah misalnya diberikan untuk rumah di atas MBR sampai Rp500 juta. Untuk mengakomodasi kebutuhan rumah tadi," katanya.
Untuk subsidi administrasi pembelian rumah MBR, Joko memprediksi, kebijakan itu akan bisa menumbuhkan minimal 300 ribu unit rumah MBR maupun skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
"Ini akan menggairahkan pertumbuhan dan memberikan kepastian. Juga akan memperluas akses rumah tak hanya bagi yang memiliki fix income, tapi juga yang tak punya fix income," kata Joko.
Selain insentif pajak dan subsidi, Joko juga berharap, pemerintah mau memberikan fasilitas kemudahan perizinan.
Ulasan lengkapnya soal propertinomic bisa disaksikan hanya di CNBC Indonesia TV, pada Rabu (7/2/2024) pada pukul 18.15, dalam wawancara khusus dengan Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Joko Suranto dan Chief Economist at PT Bank Syariah Indonesia Tbk Banjaran Surya Indrastomo, dan ulasan lengkapnya di CNBC Indonesia.
(hoi/hoi) Next Article Bos Properti Minta Presiden Baru Bentuk Kementerian Khusus Perumahan
