Internasional

OECD Rilis Ramalan Ekonomi Global Terbaru, Berani Baca?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 February 2024 11:30
Logo OECD (File REUTERS)
Foto: Logo OECD (File REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramalan ekonomi terbaru dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan terjaganya pertumbuhan ekonomi global, meski laju pertumbuhannya tidak merata di seluruh negara dan wilayah dan inflasi masih di atas target.

Outlook tersebut memproyeksikan pertumbuhan PDB global sebesar 2,9% pada 2024 dan sedikit peningkatan menjadi 3,0% pada 2025. Angka ini sejalan dengan proyeksi OECD sebelumnya pada November 2023.

Sementara itu, Asia diperkirakan akan terus menyumbang sebagian besar pertumbuhan global pada 2024-2025 mendatang, seperti yang terjadi pada 2023.

Di sisi lain, inflasi diperkirakan akan terus menurun secara bertahap seiring dengan meredanya tekanan biaya.

Inflasi umum di negara-negara G20 diperkirakan akan menurun dari 6,6% pada tahun 2024 menjadi 3,8% pada tahun 2025. Inflasi inti di negara-negara maju G20 diperkirakan akan turun kembali menjadi 2,5% pada tahun 2024 dan 2,1% pada tahun 2025.

"Perekonomian global telah menunjukkan ketahanan yang nyata di tengah tingginya inflasi dalam dua tahun terakhir dan perlunya pengetatan kebijakan moneter. Pertumbuhan tetap terjaga, dan kami memperkirakan inflasi akan kembali ke target bank sentral pada akhir tahun 2025 di sebagian besar negara G20," kata Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann, seperti dikutip Selasa (6/2/2024).

"Kebijakan moneter harus tetap hati-hati, meskipun bank sentral dapat mulai menurunkan suku bunga tahun ini, asalkan inflasi terus menurun. Kebijakan fiskal harus membangun kembali ruang fiskal, melalui upaya yang lebih kuat untuk menahan pertumbuhan belanja. Secara paralel, kita perlu bekerja sama untuk menghidupkan kembali perdagangan, meningkatkan ketahanan rantai pasokan, dan mengatasi tantangan bersama, khususnya perubahan iklim," tambahnya.

Mengenai pertumbuhan, Amerika Serikat (AS) diproyeksikan sebesar 2,1% pada 2024 dan 1,7% pada 2025. Proyeksi ini dibantu oleh konsumen yang terus menghabiskan tabungan mereka selama pandemi Covid-19 dan kondisi keuangan yang lebih mudah.

Di kawasan Eropa, pertumbuhan PDB diperkirakan sebesar 0,6% pada tahun 2024 dan 1,3% pada tahun 2025. Namun aktivitas diprediksi masih lemah dalam waktu dekat, di tengah kondisi kredit yang ketat, sebelum meningkat seiring dengan menguatnya pendapatan riil.

Jepang diproyeksikan tumbuh sebesar 1,0% pada tahun 2024 dan 2025, terutama didorong oleh konsumsi swasta dan investasi bisnis. China diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,7% pada 2024 dan 4,2% pada 2025, di mana ini mencerminkan lemahnya permintaan konsumen dan tekanan struktural di pasar properti.

Selain itu, Outlook OECD juga menyoroti sejumlah tantangan. Organisasi tersebut menyebut ketegangan geopolitik masih menjadi sumber utama ketidakpastian dan semakin meningkat akibat dari berkembangnya konflik di Timur Tengah.

Ancaman terhadap pelayaran di Laut Merah juga telah meningkatkan biaya pengiriman dan memperpanjang waktu pengiriman pemasok. Jika terjadi peningkatan, faktor-faktor tersebut mengakibatkan tekanan harga baru di sektor barang dan peningkatan risiko.

Perkiraan OECD menunjukkan kenaikan biaya pengiriman sebesar dua kali lipat, jika terus berlanjut, akan menambah 0,4 poin persentase terhadap inflasi harga konsumen di OECD setelah sekitar satu tahun.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OECD Ramal Dunia Makin Ngeri Tahun Depan, Ini Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular