Bukan Harga, Bos Freeport Ungkap Tantangan Terbesar Tahun Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) blak-blakan tantangan yang dihadapi perusahaan pada 2024 ini.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh perusahaan pada tahun ini bukan lah mengenai fluktuasi harga, melainkan bagaimana menjalankan pertambangan bawah tanah yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan faktor lingkungan.
"Kami memang, harga komoditas produksi kita perhatian, tapi bukan fokus utama. Kita akan produksi sesuai mine plan. Jadi kita tambang bawah tanah harus sesuai in sequence. Nggak bisa kalau harga tinggi berubah. Kalau harga naik syukur, kalau nggak (naik) gimana lagi," tuturnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Outlook 2024, dikutip Senin (5/2/2024).
Dia menegaskan, hal yang menjadi perhatian perusahaan adalah upaya untuk tidak terjadi gangguan rantai pasok dalam distribusi hasil tambang.
"Yang jadi perhatian kami kalau itu mengganggu ke supply chain kita, coal (batu bara), bahan bakar, dan yang investasi tambang bawah tanah," tambahnya.
Dengan begitu, Tony mengatakan, pihaknya bukannya tidak mementingkan harga, namun kegiatan produksi akan terus berjalan bagaimanapun fluktuasi harganya.
"Kita bukannya we don't care kalau harga naik, tetapi harus tetap in sequence," tandasnya.
Seperti diketahui, produksi tembaga Freeport Indonesia pada 2023 disebut mencapai hampir 1,7 miliar pon. Adapun target produksi tembaga pada 2024 ini juga dipatok sebesar 1,7 miliar pon.
Mengutip Trading Economics, harga tembaga di pasar dunia per Senin (05/02/2024), berada di kisaran US$ 3,80 per Lbs, turun 0,56% atau US$ 0,02 dibandingkan pada hari perdagangan sebelumnya.
Dibandingkan pekan lalu, harga tembaga kali ini turun 1,84%. Sementara secara bulanan harga tembaga terpantau naik 0,09%, namun menurun 5,95% secara tahunan (year on year).
(wia)