Mining Outlook 2024

Kebanjiran Tembaga, RI Harusnya Gencarkan Pabrik Kabel-Mobil Listrik!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Senin, 05/02/2024 14:25 WIB
Foto: Smelter Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga baru yang akan membuat Indonesia bisa 'kebanjiran' pasokan tembaga.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan, pihaknya mendorong agar industri hilir penyerap tembaga bisa terbangun di dalam negeri, sehingga produk katoda tembaga yang dihasilkan dari smelter di dalam negeri bisa diserap dan tak perlu lagi diekspor.

"Agar katoda tembaga nanti bisa digunakan untuk konsumen dalam negeri, industri yang lebih hilir, emas batang, perak batang bisa tumbuh di Indonesia," ungkap Tony kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Outlook 2024, dikutip Senin (5/2/2024).


Beberapa industri lebih hilir yang bisa dibangun di dalam negeri dan bisa menyerap katoda tembaga, antara lain industri kabel hingga mobil listrik (Electric Vehicle/EV).

Namun demikian, dia menilai, agar industrialisasi dari produk katoda tembaga ini bisa terbangun di Indonesia, maka pemerintah perlu memberikan insentif, baik fiskal maupun non fiskal.

"Sehingga harapannya diberikan insentif fiskal dan non fiskal agar industri hilir kabel dan EV (kendaraan listrik) bisa terbangun, dan perak dan emas juga," imbuhnya.

"Karena sayang kalau hilirisasi Indonesia tidak ada, maka kita ekspor lagi. Kan produksi metal katoda (kemurniannya) 99,9%," tandasnya.

Smelter yang disebut sebagai smelter single line atau satu jalur terbesar di dunia ini mampu mengolah konsentrat tembaga sebanyak 1,7 juta ton per tahun untuk menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.

Selain itu, smelter juga bisa memproduksi emas hingga 50 ton per tahun dan 150-200 ton perak per tahun.

Smelter ini nantinya akan menghasilkan produk sampingan yang terkandung dalam lumpur anoda yakni emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun.

Produk sampingan lainnya yaitu asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun.

Secara kumulatif tenaga kerja untuk proyek pembangunan smelter akan menyerap tenaga kerja hingga sekitar 40 ribu pekerja. Pada saat beroperasi nantinya, smelter kedua Freeport ini membutuhkan sekitar 1.500 pekerja.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 22 Pembalap Dunia Ikuti Formula E 2025 Sarinah Jakarta E-Prix