CPO Tak Cuma Jadi Minyak Goreng & RI Bisa Raup Cuan US$5,4 Miliar

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
02 February 2024 15:50
Foto Kolase Sabun dan Lotion. (Dok. Freepik)
Foto: Foto Kolase Sabun dan Lotion. (Dok. Freepik)

Bandung, CNBC Indonesia - Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) memproyeksikan nilai ekspor produk oleokimia Indonesia bisa tumbuh mencapai US$ 5,4 miliar pada 2030. Hal ini bisa terjadi apabila hilirisasi sawit Indonesia terus didorong untuk berkembang.

Sekretaris Jenderal Apolin Rapolo Hutabarat mengatakan, kenaikan nilai ekspor oleokimia sendiri tidak terlepas dari beragamnya permintaan industri kosmetik, industri makanan-minuman hingga industri farmasi.

"Diperkirakan pasar oleokimia pada 2030 itu meningkat menjadi US$ 5,4 miliar dengan asumsi pertumbuhan 6% setiap tahun," kata Rapolo dalam Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit di Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/2/2024).

Rapolo mengungkapkan, nilai ekspor oleokimia tahun 2023 sempat mengalami penurunan karena anjloknya nilai komoditi dunia, yakni sebesar US$ 3,5 miliar dengan volume diperkirakan 4,2 juta ton. Dibandingkan 2022 nilai ekspor oleokimia mencapai US$ 5,4 miliar dengan volume 4,2 juta ton.

"Memang secara keseluruhan nilai ekspor kita seluruh HS itu hanya US$ 31 miliar, jadi turun semua. Negara tujuannya China, India, Uni Eropa dan lain lain," ujarnya.

Adapun pasar ekspor oleokimia terbesar, katanya, ke kawasan Asia Pasifik yakni sebesar US$16 miliar, dan sisanya Uni Eropa dan Amerika. Produknya sendiri mayoritas fatty acid, fatty alcohol dan lain sebagainya.

"Kalau di Eropa, konsumennya itu Jerman, Perancis, Italia, Inggris yang memang lebih menginginkan produk berkelanjutan," jelasnya.

"Sebenarnya Indonesia harus melirik Afrika, karena total populasi-nya 1,4 miliar, tapi GDP-nya rendah yaitu sekitar US$ 2.000 dibanding benua lain," tambah dia.

Sekretaris Jenderal Apolin Rapolo Hutabarat (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Sekretaris Jenderal Apolin Rapolo Hutabarat (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Sekretaris Jenderal Apolin Rapolo Hutabarat (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Seperti diketahui, oleokimia adalah produk turunan minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO). Produk oleokimia dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam memproduksi barang kebutuhan sehari-hari. Seperti deterjen, kosmetik, farmasi, juga dalam proses produksi pangan olahan.

Lebih lanjut, Rapolo menyebut saat ini ada beberapa produk hilir sawit yang masih diabaikan oleh para pelaku industri sawit Indonesia, seperti tokoferol dan betakaroten.

Padahal, pangsa pasar dari produk turunan itu masing-masingnya sebesar US$ 1,3 miliar dan US$ 4,7 miliar. Angka itu, melebihi nilai ekspor oleokimia 15 HS yang ada selama ini.

"Tapi saat ini produsen oleokimia betakaroten dan tokoferol itu tak ada satupun perusahaan Indonesia, semua dari Eropa, China, Jepang dan Amerika. Global supply chain tokoferol ada 16 pemain dan tidak ada satupun dari Indonesia. Padahal, sumbernya dari Indonesia. Seharusnya BUMN farmasi kita yang masuk," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Moeldoko Ungkap Strategi RI Kebut Hilirisasi Sawit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular