Harga Beras Naik 16% Lebih, Apa Iya Petani RI Untung?

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
01 February 2024 14:10
Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Petani padi di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga gabah dan beras pada bulan Januari 2024 masih melanjutkan kenaikan dibandingkan bulan Desember 2023.

"Kenaikan harga terjadi di semua rantai distribusi," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Tercatat, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik 2,97% dibandingkan bulan Desember 2023 dan melonjak 18,64% secara tahunan. Sementara harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani naik 4,85% secara bulanan dan terbang 24,52% secara tahunan.

Sementara harga beras pada bulan Januari 2024, naik 1,62% secara bulanan dan melonjak 21,78% secara tahunan di tingkat penggilingan. Di tingkat grosir naik 0,97% secara bulanan dan 16,66% secara tahunan.

Di tingkat eceran, harga beras naik 0,63% secara bulanan dan meroket 16,24% secara tahunan.

Sebagai informasi, kenaikan harga beras terjadi sejak bulan Agustus 2022 lampau. Dipicu keterbatasan produksi, yang kemudian diperparah kenaikan harga BBM pada bulan September 2022. Efek domino tensi geopolitik, El Nino, hingga pembatasan ekspor oleh negara produsen menambah dorongan kenaikan harga beras.

Saat ini harga beras sudah bergerak di kisaran Rp13.000 per kg hingga tembus Rp15.000 per kg secara rata-rata harian nasional di tingkat eceran.

Lalu apakah petani diuntungkan kenaikan harga gabah dan beras?

Data Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang dirilis BPS hari ini, Kamis (1/2/2024) mengonfirmasi, kenaikan harga beras dan gabah yang masih terjadi memberi keuntungan bagi petani.

Setidaknya, hal itu tergambar dari kenaikan NTP dan NTUP di bulan Januari 2024 dibandingkan Desember 2023. Kenaikan NTP dan NTUP terutama didorong oleh kenaikan NTP dan NTUP sub-sektor tanaman pangan.

BPS mencatat, NTP pada Januari 2024 sebesar 118,27 atau naik 0,43% dibandingkan Desember 2023.

"Kenaikan karena indeks harga diterima petani naik 0,69% lebih tinggi dari kenaikan indeks dibayar petani yang naik 0,26%," kata Amalia.

"NTP tertinggi pada tanaman pangan yang naik 1,66% jadi 116,16 pada Januari 2024 dari Desember 2023 yang 114,26," ujarnya.

Sementara, NTUP bulan Januari 2024 tercatat sebesar 120,3 atau naik 28% dibandingkan Desember 2023.

"Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga diterima petani naik 0,69% ke 140,89 yang lebih tinggi dari indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang naik 0,41% ke 117,38," terangnya. '

"Kenaikan BPPBM dominan pengaruhi kenaikan upah pemanenan upah penanaman upah membajak dan upah mencangkul," sebut Amalia.

Dia menambahkan, kenaikan NTUP tertinggi ada pada tanaman pangan yang naik 1,41% jadi 118,01 dari Desember 2023 yang 116,38.

"Komoditas dominan memengaruhi kenaikan BPPBM tanaman pangan adalah upah panen, upah tanam, dan upah membajak," pungkas Amalia.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras di Pasar Induk Cipinang Mulai Turun, Cek Nih Harganya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular