Harga Nikel Dunia Anjlok Gegara RI? Anak Buah Luhut Lempar Bukti Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menunjukkan bukti-bukti terbaru terkait dengan capaian produk hasil hilirisasi nikel di dalam negeri. Hal ini sekaligus menjawab tudingan bahwa lubernya suplai nikel dari Indonesia membuat harga nikel dunia anjlok.
"Kalau dibilang over suplai gak sepenuhnya benar, karena penambahan produksi nikel dari Indonesia menggantikan suplai di negara lain yang tidak efisien," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (26/01/2024).
Seto membeberkan data ekspor Indonesia selama Januari hingga November 2023 menunjukkan nilai ekspor produk turunan nikel mencapai US$ 31,3 miliar. Angka ini naik 0,6% dibandingkan Januari sampai November 2022 yang tercatat sebesar US$ 31,13 miliar.
"Jadi walaupun turun harganya, pendapatan masih naik sedikit karena kenaikan volume," ucapnya.
Di sisi lain, harga nikel yang saat ini berada di level US$ 16.000-an masih lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata 10 tahun terakhir yang berada di level US$ 15.000-an. "Masih lebih tinggi dibandingkan periode awal-awal kita melakukan hilirisasi tahun 2014-2019 yang harga rata-rata nikel di US$ 12 ribuan," paparnya.
Sebagai informasi, harga nikel dunia jatuh mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Pelemahan terjadi di tengah isu berlebihnya pasokan nikel global yang berasal dari Indonesia.
Pada Senin (22/1/2024) harga nikel dunia kontrak tiga bulan tercatat sebesar US$ 16.036 per ton. Posisi tersebut merupakan yang terendah sejak April 2021.
INSG memperkirakan harga nikel akan tetap berada di bawah tekanan dalam jangka pendek seiring dengan meningkatnya surplus di pasar global dan perlambatan ekonomi global.
Harga rata-rata nikel global menurut INSG sebesar US$ 16.600 per ton pada kuartal pertama dengan harga secara bertahap naik rata-rata US$ 16.813 per ton pada 2024.
Sebagai catatan harga akan tetap berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata sebelum krisis nikel LME pada Maret 2022 karena peran nikel dalam transisi energi global.
Surplus pasar nikel global diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2024 surplus pasokan nikel akan bertambah menjadi 239.000 metrik ton, berdasarkan perkiraan INSG. Kondisi kelebihan pasokan tersebut terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan surplus pada 2024 akan menjadi yang terbesar.
Mereka memperkirakan produksi global akan meningkat menjadi 3,71 juta ton pada tahun 2024 dari 3,42 juta ton pada tahun 2023 karena produksi nikel pig iron (NPI) Indonesia terus meningkat.
Pabrik HPAL baru di Indonesia yang menghasilkan campuran endapan hidroksida (MHP) juga terus meningkatkan produksinya, dan konversi NPI menjadi nikel matte pun semakin meningkat.
Pada 2022 pasar mengalami surplus sebesar 104.000 ton, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 223.000 ton pada 2023. Perkiraan surplus kumulatif selama tiga tahun berjumlah 566.000 ton.
Kondisinya saat ini adalah sisi pasokan mendominasi dibandingkan permintaan. Sehingga harga pun turun.
Peleburan nikel telah meluas di Indonesia sejak pemerintah memberlakukan larangan permanen ekspor bijih nikel pada bulan Januari 2020 sebagai upaya untuk menarik investor asing, mendorong pengolahan dalam negeri, dan lebih jauh lagi hilirisasi penggunaan bahan bakunya.
Larangan ini telah menarik investor asing, terutama dari Tiongkok, untuk membangun smelter lokal dan membantu meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
(pgr/pgr)