Heboh Disebut Ugal-ugalan, Ini Fakta Tersembunyi Hilirisasi Nikel RI

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
26 January 2024 11:00
smelter Vale
Foto: ilustrasi smelter nikel

Jakarta, CNBC Indonesia - Program pemerintah yakni hilirisasi nikel mendapatkan kritikan keras dari Calon Wakil Presiden (Cawapres) RI Muhaimin Iskandar atau Cak Imin serta Thomas Lembong/Tom Lembong yang menyebut bahwa hilirisasi nikel Indonesia ugal-ugalan.

Kritikan itu lantas membuat pemerintah 'panas' dan turun gunung untuk menjelaskan program hilirisasi nikel di dalam negeri. Tak terkecuali Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan juga Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.

"Daripada anda bohong pada publik yang menurut saya itu satu karakter yang gak bagus untuk mencapai suatu posisi. Anda membohongi publik dengan memberikan informasi seperti tadi," ungkap Luhut dalam akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, dikutip Kamis (25/1/2024).

Luhut ingin membuktikan kepada Cak Imin dengan cara mengundangnya ke Weda Bay, Maluku Utara dan ke Morowali, Sulawesi Tengah yang menjadi pusat pengembangan hilirisasi nikel di Indonesia.

"Lihat sendiri, seing is believing. Dari pada anda bohong pada publik yang menurut saya itu satu karakter yang gak bagus untuk mencapai suatu posisi, anda membohongi publik dengan memberikan informasi seperti tadi," ungkap Luhut dalam akun Instagram resminya, dikutip Kamis (25/1/2024).

Luhut mengatakan, hilirisasi nikel mampu menurunkan kemiskinan khususnya di wilayah pusat pengembangan hilirisasi tersebut. Menurut kacamatanya, pada tahun 2015 di Weda Bay, Maluku Utara kemiskinan di wilayah mencapai 14,7% namun sudah mengalami penurunan hingga 12,4% pada tahun 2023.

Sementara di Morowali pada tahun 2015 kemiskinan mencapai 15,8% dan mengalami penurunan hingga 12,3% di tahun 2023. "Anda perlu melihat data panjang 10 tahun. Kan anda pebisnis juga, kan sikluus dari komoditi itu kan naik turun. Apakah itu batu bara atau nikel atau timah atau emas apa saja," ungkap Luhut.

Lalu seperti apa fakta hilirisasi nikel di Indonesia dan sudah berapa banyak?

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan jumlah fasilitas pemurnian dan pemrosesan mineral mentah (smelter) khususnya untuk komoditas nikel di Indonesia sudah cukup banyak. Setidaknya baik yang sudah beroperasi, dalam masa konstruksi, dan ingin dibangun, terakumulasi mencapai 116 smelter.

Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menyebut smelter pirometalurgi atau smelter yang memproses nikel dengan kadar tinggi (saprolite) di Indonesia akan mencapai 97 smelter. Sementara untuk jenis smelter nikel dengan proses hidrometalurgi yang menggunakan nikel kadar rendah (limonite) mencapai 19 smelter.

"Total smelter yang ada sampai dengan saat ini, belum lagi yang terbaru, itu ada 116 smelter," ujar Irwandy kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Jumat (26/1/2024).

Ia mencatat pembangunan smelter nikel kelas dua jenis pirometalurgi semakin masif dengan adanya rencana pembangunan baru sebanyak 28 smelter, sedangkan untuk smelter hidrometalurgi tercatat sebanyak 10 smelter yang dalam tahap perencanaan.

"Kebutuhan masing-masing 130 juta ton per tahun (pirometalurgi) dan 54 juta ton per tahun (hidrometalurgi)," ujarnya.

Adapun untuk nikel melalui proses pirometalurgi di Indonesia yang sudah beroperasi sebanyak 44 smelter, sementara untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi sebanyak 3 smelter.

Di samping itu, tercatat untuk smelter pirometalurgi sebanyak 25 unit tengah dibangun dan sebanyak 6 smelter hidrometalurgi tengah tahap konstruksi.

"Ada yang sedang dalam tahap konstruksi sebesar 25 smelter dengan konsumsi bijih 78 juta ton per tahun. Dan ke arah proses baterai hidrometalurgi ada 6 smelter yang sedang konstruksi dengan kebutuhan biji 34 juta ton Per tahun," tambahnya.

Irwandy membeberkan nikel jenis saprolite di Indonesia konsumsinya mencapai 210 juta ton per tahun dan untuk jenis limonite konsumsinya mencapai 23,5 juta ton per tahun.

"Kementerian ESDM sudah ada rencana untuk melakukan pembatasan. Kemudian dari Kemenko Marves, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, itu mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mengeluarkan lagi izin untuk pembangunan smelter jenis untuk proses pirometalurgi untuk nikel kelas 2," tegas Irwandy.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahlil Beberkan Proyek Ini Akan Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular