
Gen Z Ternyata Pilih Ngontrak Ketimbang Beli Rumah, Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini, marak Generasi Z atau Gen Z yang lebih mempertimbangkan opsi sewa properti alias kontrak ketimbang membeli properti tersebut. Menurut hasil survei Property Perspective from Gen Z yang dirilis oleh Jakpat, dikutip Rabu (24/1/2024), sebanyak 36% dari 587 responden Gen Z enggan membeli atau lebih memilih menyewa properti dengan alasan belum siap secara finansial untuk membeli properti.
Alasan lain untuk menyewa, yaitu karena harganya lebih murah (22%). Lokasi yang strategis (18%) serta adanya aturan mutasi kerja (11%) menjadi alasan lain yang membuat Gen Z berpikir bahwa menyewa properti lebih baik daripada membelinya.
Adapun, dari 355 responden yang tertarik menyewa properti, apartemen merupakan pilihan yang paling banyak, yaitu lebih dari 30%. Selanjutnya disusul oleh kios atau toko, rumah tapak, ruko, lahan kosong, rumah+kantor, dan kondominium.
Lantas, dengan adanya tren tersebut apakah akan menimbulkan dampak bagi para pengembang dan menyebabkan backlog?
Direktur Research & Consultancy Savills, Dani Indra Bhatara menyebut fenomena itu karena pola berpikir Gen Z yang merasa harga properti sudah terlalu tinggi dan penghasilan yang dimilikinya tidak akan cukup untuk membeli properti, khususnya rumah.
"Mereka merasa bahwa 'ah kita tidak akan bisa beli rumah sampai kapan pun', karena mereka merasa penghasilan mereka dengan harga rumah yang semakin naik itu tidak sepadan kenaikannya. Mereka merasa kelihatannya sulit untuk beli rumah," kata Dani dalam Property Point CNBC Indonesia, Rabu (24/1/2024).
Namun sebetulnya, lanjut Dani, Generasi Milenial pada saat seusia Gen Z seperti sekarang ini juga memiliki persepsi yang sama ihwal minat pembelian properti. Tetapi kemudian, seiring berjalannya waktu dan Generasi Milenial sudah menikah dan berkeluarga persepsi itu pun berganti, dengan melihat prioritas yang berbeda.
"Milenial itu pada usia Gen Z sekarang, di usia awal-awal bekerja, mereka pun sama punya persepsi yang mirip bahwa mereka kelihatannya tidak berminat beli rumah. Tapi kemudian prioritas nya jadi berbeda, dan kelihatannya rumah itu menjadi salah satu kebutuhan, sehingga mereka akan mengusahakan untuk membeli rumah," jelasnya.
"Tapi memang tidak semua tentunya ya, karena adanya pemikiran-pemikiran baru terkait dengan sewa yang memang lebih menguntungkan, kemudian dengan bagaimana mereka membandingkan antara sewa dan beli, itu sudah cukup terbuka, sehingga mereka punya pilihan," tambah Dani.
Meski demikian, imbuh dia, sekarang ini memang Gen Z sendiri masih belum memiliki pemikiran yang tegas untuk mereka harus memiliki rumah. "Karena mereka merasa bahwa kayaknya saya belum mampu. Nah tapi beriringnya waktu saya melihatnya Gen Z akan beralih pola pikir (switching mindset)," ucapnya.
Sementara itu, Dani menilai sebagian besar Gen Z saat ini masih belum bisa masuk ke dalam angka hitungan backlog.
"Sebetulnya kalau kita bicara backlog, perhitungan backlog ini melihat bahwa orang yang sudah menikah, dari jumlah penduduk dikurangi dengan jumlah rumah yang ada. Mereka memang tidak betul-betul melihat siapa yang memang butuh rumah, siapa yang enggak, tapi memang ada syarat-syarat perhitungannya," terang dia.
Tak terlepas dari itu semua, Dani menilai pola pikir yang lebih memilih untuk menyewa properti tentu akan mempengaruhi hitungan backlog.
"Tapi kami melihatnya, pada saatnya nanti mereka tentu akan berhitung ya, berhitung memang mana akhirnya lebih baik untuk masa tuanya, pada saat keluarga. Apakah anak lebih baik dikasih rumah dan lain-lain. Itu akan sedikit banyak mengubah persepsi dan diharapkan backlog ini akan berkurang juga," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Diskon PPN Tak Bikin Gen Z Berlomba Beli Rumah, Ini Penyebabnya