Mahfud Blak-Blakan Impor Pangan Jokowi Meledak, Kementan Buka Suara

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
22 January 2024 12:15
Pasangan Capres-Cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memberikan keteragan usai Debat Cawapres Kedua di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Pasangan Capres-Cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memberikan keteragan usai Debat Cawapres Kedua di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD mengungkapkan pemerintah sampai saat ini masih jor-joran mengimpor bahan pangan. Padahal sesuai janji Joko Widodo saat debat calon presiden 2019 lalu berkomitmen untuk menutup rapat keran impor pangan.

Namun ternyata faktanya sampai sekarang Indonesia masih mengimpor bahan pangan. Bahan pangan yang diimpor pemerintah pun bukan hanya beras, tetapi ada susu, daging sapi sampai gula pasir semuanya impor.

"Pertanyaan saya bukan itu, pertanyaannya itu dulu Pak Prabowo nanya katanya Pak Jokowi gak mau impor beras namun faktanya per hari ini, impor kedelai 2 juta ton, susu 280 juta ton, gula pasir 4,7 juta ton, beras 2,8 juta ton, daging sapi 160 juta ton. Ini ini hasilnya seberapa dari hasil debat dulu 17 Juli itu, perkembangannya seperti apa? semakin besar angka impornya, semakin terdiversifikasi juga impornya dari data itu," ungkap Mahfud saat memulai Debat Cawapres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu malam (21/1/2024).

Mendengar hal ini, Kementerian Pertanian buka suara. Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Kementan Prihasto Setyanto dengan yakin mengatakan Indonesia bisa mandiri pangan asalkan dibantu dengan penyediaan pupuk dan benih yang berkualitas, dan sistem mekanisasi yang harus dijalankan untuk melakukan percepatan tanam.

Sejumlah pekerja melakukan bongkar muat beras beras impor asal Vietnam tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/1/2023).  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Sejumlah pekerja melakukan bongkar muat beras beras impor asal Vietnam tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/1/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

"Indonesia bisa mandiri pangan. Syaratnya, ya jelas pertama pupuk itu harus tersedia. Yang kedua, benih-benih bermutu itu harus tersedia. Ketiga, mekanisasi," kata Prihasto kepada CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).

Namun kondisinya saat ini diperparah dengan situasi perubahan iklim.

"Sekarang kan kita dihadapkan dengan situasi perubahan iklim, di mana periode musim hujan kadang itu pendek, musim kemarau panjang. Nah pada saat musim hujan kan tanam harus cepat, kan gitu. Untuk bisa percepatan tanam kan harus dengan mekanisasi. Jadi, tadi syaratnya itu pupuk dan benih harus tersedia, terus mekanisasi itu harus dilaksanakan. Karena lahan kita masih cukup luas," lanjutnya.

Sementara itu mekanisasi yang dimaksud Prihasto, yakni dengan menyediakan traktor dan combine harvester atau mesin panen yang dapat memotong, memegang, merontokan, dan membersihkan gabah dalam satu waktu.

"Mekanisasi yang pertama traktor, baik traktor roda dua maupun roda empat untuk lahan-lahan. Terus alat panennya yang combine harvester itu, dengan combine harvester panen jadi lebih cepat. Kalau cepat dipanen otomatis kan bisa cepat diolah lagi lahannya. Itu dia harus dengan mekanisasi. Karena periode musim hujannya semakin pendek tidak seperti dulu, dengan adanya perubahan iklim," ujarnya.

Namun, saat ditanyai upaya apa saja yang telah dilakukan Kementan untuk Indonesia bisa mencapai kemandirian pangannya, Prihasto enggan menyebutkan secara detail. Dia hanya mengatakan Kementan sudah melakukan banyak sekali upaya untuk hal itu.

"Waduh banyak, uh banyak banget, banyak, banyak banget. Ya itu tadi, kita banyak banget. Walaupun memang perlu dukungan anggaran yang lebih untuk hal ini," tutur dia.

Sementara terkait berapa lama waktu yang harus ditempuh Indonesia untuk bisa mencapai kemandirian pangan, kata Prihasto, perlu dilakukan upaya bersama-sama, tidak bisa hanya Kementan yang bergerak sendiri, sehingga ia mengaku belum bisa memprediksi kapan tepatnya Indonesia bisa segera mandiri pangan.

"Bisa (mandiri pangan). Tapi ya kalau berapa lamanya ini kan harus sama-sama, harus bergerak bersama-sama. Dan kenyataannya kita bersama-sama dalam arti mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, semua harus bergerak bersama-sama untuk mendukung upaya kita mencapai kemandirian pangan," ucapnya.

Meskipun seluruh pemangku kepentingan telah kompak, lagi-lagi Prihasto menyebut perubahan iklim akan mengganggu proses jalannya Indonesia menuju kemandirian pangan.

"Tetapi, ini akan terkendala apabila iklimnya berubah. Ya walaupun kita anggaran cukup, terus pemerintah daerah dan pemerintah pusat kompak, tapi kalau iklimnya tidak mendukung ya repot juga," tukasnya.

Lebih lanjut, Prihasto menekankan bahwa koordinasi pemerintah pusat dan daerah sangatlah penting dalam upaya untuk mencapai kemandirian pangan.

"Oh sangat penting itu," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mentan Amran Janji Pangkas Habis Impor Beras, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular