
Alarm Bahaya! Turki Tak Lagi Beli Karet RI Efek Dijegal Uni Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane mendesak pemerintah segera gerak cepat mengantisipasi efek domino Undang-undang (UU) Antideforestasi Uni Eropa (European Union Deforestation Regulation/ EUDR) yang diberlakukan sejak pertengahan tahun lalu.
Dia mengatakan, aturan UE itu memicu masalah di kelancaran pasokan karet di dalam negeri.
"Pasokan karet tahun 2024 ini ada masalah. Uni Eropa ngasih batas tahun ini kan. Kalau tahun ini tak selesai penjelasan pemerintah soal sustainability (keberlanjutan) ini, mereka total nggak mau pake lagi," kata Azis kepada CNBC Indonesia, Kamis (18/1/2024).
"Sementara ini yang saya tahu Turki sudah switch (alihkan pembelian karet) dari Indonesia ke Pantai Gading. Jadi memang pemerintah nggak ada langkah serius, dibiarkan saja. Ini kan bahaya," tukas Azis.
Seperti diketahui, per 30 Desember 2024, semua produk terkait, yaitu produk sawit, daging, kopi, kayu, kakao, karet, kedelai, dan turunannya yang akan masuk ke Uni Eropa (UE) harus memenuhi sejumlah syarat melalui uji tuntas.
Kebijakan UE itu pun mendapat perlawanan, tak hanya Indonesia tapi juga Malaysia.
Sementara itu, BPS mencatat, produksi karet kering tahun 2022 turun 10,78% menjadi 2,717 juta ton dibandingkan tahun 2021. Sebanyak 2,509 juta ton diantaranya adalah produksi perkebunan rakyat dan 112,63 ribu ton lainnya kebun BUMN, dan 95.14 ribu produksi kebun swasta.
Sementara itu, RI juga mengimpor karet sintetis. Tahun 2022 tercatat mencapai 342,16 ribu ton (total semua HS), melonjak 12% dari tahun 2021.
Untuk ekspor, tahun 2022, lima negara pengimpor terbesar karet alam Indonesia adalah Jepang, AS, China, India, dan Korea.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Jegal Sawit, Pemerintah RI Siap "Protes" 5 Perkara Ini