Tiket Kereta Cepat Whoosh Naik, Benarkah Jumlah Penumpang Jadi Turun?
Jakarta, CNBC Indonesia - KCIC telah menerapkan harga tiket kereta cepat Jakarta Bandung atau Whoosh per 1 Desember 2023 sebesar Rp200.000 untuk weekday dan Rp250.000 harga tiket weekend. Jika dibandingkan sebelumnya, harga tiket mengalami kenaikan dari yang semula Rp150.000. Lantas, apakah harga tiket tersebut dianggap kemahalan dan membuat penumpang Kereta Cepat Whoosh jadi sepi?
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Stasiun Kereta Cepat Halim hari ini, Jumat (12/1/2024), suasana ruang tunggu stasiun nampak masih cukup ramai. Masyarakat pun tidak keberatan terkait kenaikan tarif tersebut.
Misalnya Kevin, seorang mahasiswa asal Jakarta yang ingin mengunjungi neneknya di Bandung. Ia lebih memilih menggunakan moda transportasi Kereta Cepat Whoosh ketimbang shuttle ataupun bus, menurutnya harga Whoosh saat ini ditambah dengan fasilitas yang lebih baik itu masih tidak jauh berbeda dengan moda transportasi lain.
"Alasannya karena yang pasti lebih cepat ya, sudah jelas. Dari sisi pelayanan dan fasilitas juga sudah bagus. Satu kali perjalanan itu saya beli Rp250.000, worth it sih (sesuai), soalnya beberapa shuttle juga harganya hampir Rp250.000 dan bus biasa juga. Mungkin waktunya nggak secepat ini pastinya. Jadi menurut saya worth it sih harga segitu," kata Kevin saat ditemui di lokasi.
Hal senada juga disampaikan Wijaya, seorang pria asal Samarinda yang memang sengaja datang jauh-jauh ke Jakarta untuk mencoba naik Kereta Cepat Whoosh menuju Bandung. Ia mengaku sangat senang karena Indonesia merupakan negara satu-satunya di ASEAN yang sudah memiliki moda transportasi kereta cepat.
Menurutnya, dengan harga Rp250.000 di akhir pekan merupakan harga yang wajar untuk satu perjalanan kereta cepat Whoosh.
"Ya oke lah, investasinya besar kan. Jadi kalau dia mau naik ya harus oke dengan harga segitu, tapi kalau gak mau ya udah naik yang lain. Berarti bukan target pasarnya kan. Jadi gak usah repotin harga lah. Whoosh ini kan kereta cepat, jadi buat orang-orang yang gak punya banyak waktu ya bagus lah ada ini, kan time is money," ucap Wijaya.
"Buat apa harganya beda Rp50.000 tapi nyampenya bisa 3 jam lebih, naik Whoosh gak nyampe sejam sampai Bandung, setengah jam ya sampai Padalarang, terus naik feeder lagi. Ya oke lah dengan harga segitu," lanjutnya.
Wijaya mengatakan, Whoosh merupakan moda transportasi yang perlu dibanggakan, karena baru Indonesia satu-satunya negara di ASEAN yang sudah memiliki kereta cepat ini. Bahkan, Singapura yang sudah menjadi negara maju saja belum memilikinya.
"Ini (kereta cepat Whoosh) sesuatu yang dimiliki negara maju, di negara ASEAN lain tidak ada, hanya ada di Indonesia. Malaysia, Singapura saja nggak ada, Thailand juga nggak ada. Cuma Indonesia, satu-satunya di ASEAN cuma di Indonesia," tuturnya.
Tak hanya warga negara Indonesia saja yang bersemangat mencoba Whoosh, Fatimah seorang warga negara Malaysia juga sampai bela-belain ke Indonesia hanya untuk mencoba kereta cepat ini.
"Ini hebat sekali, di Malaysia sendiri saja belum ada, itu yang jadi alasan saya untuk mencoba kereta cepat Whoosh. Saya beli Rp250.000 untuk rute from here to Bandung (dari Halim menuju Bandung)," kata Fatimah.
Menurut Fatimah, dengan tarif Rp250.000 sekali perjalanan menuju Bandung dengan waktu tempuh yang tidak sampai 1 jam, itu sangat sesuai. Ia mengatakan, dengan harga segitu banyak masyarakat yang masih bersedia untuk membelinya.
"Saya pikir harganya oke, untuk mempersingkat waktu perjalanan dari yang 2-3 jam menjadi hanya 1 jam. Orang masih banyak yang akan bersedia membayar lebih untuk kemudahan tersebut," ujarnya.
Manager Corporate Communications KCIC Emir Monti mengatakan, masih belum ada perubahan volume penumpang sejak tarif baru diberlakukan, yang mana pada bulan November saat tarif masih diberlakukan Rp150.000 dengan bulan Desember, volume penumpang per bulannya masih tetap sama, yakni mencapai 510 ribu penumpang per bulan.
"Untuk volume penumpang Whoosh di November dan Desember sama baiknya, dimana per bulan kita melayani 510 ribu penumpang Whoosh, dengan jumlah tertingginya di 21 ribu penumpang per hari," kata Emir kepada CNBC Indonesia.
Emir juga mengatakan volume penumpang saat ini masih stabil dengan okupansi di atas 50%, yang mana rata-rata sekitar 75% di hari biasa atau weekday. Sementara untuk akhir pekan atau weekend bisa mencapai diatas 80%.
(wur)