Lifting Minyak RI Tak Capai Target, ESDM Salahkan Ini..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 04/01/2024 12:30 WIB
Foto: Ilustrasi produksi minyak (REUTERS/Nick Oxford)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan biang kerok produksi minyak siap jual atau lifting pada Desember 2023 ini belum mencapai target yang telah ditentukan. Salah satunya terjadi lantaran fasilitas produksi migas berupa pipa yang sudah uzur.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan fasilitas pipa yang berumur tua tersebut beberapa diantaranya berada di wilayah operasi anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Misalnya, seperti di Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) dan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).

"Sebagai contoh di OSES itu penggantian pipa, di ONWJ juga akan diganti seperti itu. Kalau itu udah bisa terjadi nanti kenaikan produksi bisa dilakukan dengan teknologi-teknologi yang lebih maju. Masalahnya masih di situ jadi kita perbaiki dulu fasilitas-fasilitas nya," kata Tutuka ditemui di Kantornya, dikutip Kamis (4/1/2024).


Oleh sebab itu, saat ini pihaknya fokus untuk mengawal proses perbaikan di fasilitas produksi migas tersebut. Dengan demikian, dapat mendongkrak peningkatan produksi pada tahun 2024. "Sekarang masih melakukan perbaikan ke fasilitas," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat produksi minyak siap jual atau lifting minyak Indonesia hanya 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Realisasi tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 660 ribu bph.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tak hanya target lifting minyak yang meleset, tapi juga lifting gas yang hanya 964 ribu barel oil equivalent per day (BOEPD) pada 2023. Angka itu di bawah target sebesar 1,1 juta BOEPD.

"Lifting minyak dan gas semua di bawah asumsi 2023 maupun realisasi 2022. Jadi kalau lihat lifting minyak 607 ribu barel lebih rendah dari asumsi 660 ribu bph dan realisasi 612 ribu bph (sepanjang 2022). Lifting gas 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, dikutip Rabu (2/1/2024).

Sementara, Sri Mulyani mengatakan harga minyak mentah dunia tercatat US$ 78,43 per barel pada 2023. Realisasi tersebut lebih rendah dari asumsi pemerintah yang ditetapkan sebesar US$ 90 per barel sepanjang 2023.

"Ini meski OPEC sudah memutus untuk mengurangi produksi, tapi karena lingkungan global melemah dan banyak muncul alternatif renewable tekanan jadi tidak mudah," jelas Sri Mulyani.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: ESDM Selidiki Longsor Maut Tambang Gunung Kuda Cirebon