Kilang RI Produksi Avtur 'Baru', Bisa Tekan Polusi & Impor!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
03 January 2024 10:35
Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)
Foto: Pertamina Uji Coba Green Diesel di Kilang Cilacap (Dok. Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, saat ini sudah bisa memproduksi bahan bakar ramah lingkungan di Indonesia, salah satunya melalui BBM 'hijau' berbasis minyak sawit (CPO), baik untuk Solar maupun avtur.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman mengungkapkan saat ini pihaknya telah berhasil memproduksi bahan bakar pesawat jenis Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur.

Produksi dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan campuran minyak sawit sebesar 2,4% berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

Produk bioavtur ini pun sudah dilakukan uji coba pada maskapai Garuda Indonesia dan CN235 milik PT Dirgantara Indonesia.

"Alhamdulillah dengan uji coba komersial bioavtur 2,4% dengan pesawat Boeing ya, pesawat Garuda, Boeing 737-800NG dan juga sebelumnya dengan CN235. Ini membuktikan bahwa kita sudah mampu untuk memproduksikan bioavtur 2,4%," ungkapnya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Rabu (03/01/2024).

Karena ada campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis sawit ini, ini berarti porsi minyak fosil berkurang menjadi 97,6%. Ini artinya, emisi yang dihasilkan juga bisa ditekan. Begitu juga dengan impor minyak mentah.

Taufik menyebut, emisi karbon industri penerbangan juga bisa ditekan hingga 22.000 Ton CO2e per tahun dengan pemakaian SAF 2,4% ini.

Begitu juga dengan impor minyak mentah, pemakaian bioavtur bisa berkontribusi pada pengurangan impor minyak mentah.

"Karena kan saat ini kebutuhan avtur 21 juta barel per tahun, dengan 2,4% (bioavtur) kan kita bisa kontribusi untuk mengurangi komponen impor daripada crude oil," ungkap Taufik.

"Karena feedstock kita sekarang kan masih mix antara fossil fuel yang kita ambil impor dan juga minyak domestik, kemudian ada yang dari Crude Palm Oil (CPO) producer yang untuk bisa mendapatkan RBDPKO," tambahnya.

Dia mengatakan kilang Bahan Bakar Hijau atau Green Refinery RU IV Cilacap memproduksi bioavtur dengan metode co-processing, yakni avtur berbasis minyak fosil langsung dicampur dengan minyak inti kelapa sawit atau RBDPKO di kilang.

"Jadi sekali lagi bahwa 2,4% komponen nabatinya, 97,6% adalah avtur yang konvensional, artinya yang kita selama ini produksikan dari fossil fuel," tandasnya.

Sebelumnya, Bioavtur/SAF KPI juga diketahui telah berhasil melalui Uji Ground Round dan Flight Test untuk keperluan maskapai Komersial pada pesawat Boeing 737-800 PK GFX di Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten (4/10/2023).

Dari aspek sustainability dan pembuktian produk rendah emisi gas rumah kaca, Bioavtur/SAF Pertamina telah memenuhi kriteria framework pengujian secara global diantaranya CORSIA oleh ICAO, RefuelEU/Fit55 oleh Uni Eropa, EU/UK Emission Trading, Tax Credit IRA USA. Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dan leader dalam penyediaan bioavtur/SAF di kawasan nasional dan regional.

Hal tersebut tak lepas dari portofolio bisnis unit kilang Cilacap yang merupakan produsen Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Aviation Turbine terbesar di Indonesia, dengan angka produksi tertinggi 1.852 ribu barel sepanjang tahun 2020. Kemudian, di kawasan Regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan produksi komersial bioavtur hingga uji terbang untuk pesawat komersial.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peran Pertamina Gencarkan BBM Hijau Kian Nyata, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular