Dicari Dunia! China Kekep Teknologi Logam Tanah Jarang

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 22/12/2023 19:10 WIB
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - China sebagai negara pengolah logam tanah jarang terbesar di dunia dikabarkan melarang ekspor teknologi untuk mengolah magnet tanah jarang. Hal tersebut merupakan larangan tambahan dalam larangan yang sudah ada terhadap teknologi untuk mengekstrasi dan memisahkan bahan-bahan penting.

Tanah jarang sendiri termasuk dalam kelompok 17 logam yang digunakan untuk membuat magnet yang mengubah daya jadi gerak. Hal tersebut juga digunakan pada kendaraan listrik, turbin angin, dan elektronik.

"Ini harus menjadi seruan yang jelas bahwa ketergantungan pada Tiongkok di bagian mana pun dalam rantai nilai tidak berkelanjutan," kata Nathan Picarsic, salah satu pendiri perusahaan konsultan geopolitik Horizon Advisory, dilansir Reuters, dikutip Jumat (22/12/2023).


Adapun, dalam daftar Katalog Teknologi yang Dilarang dan Dibatasi Ekspornya, China juga melarang teknologi untuk membuat kalsium oksiborat tanah jarang dan teknologi produksi logam tanah jarang, menambahkan keduanya pada larangan sebelumnya terhadap produksi bahan paduan tanah jarang.

Tujuan katalog tersebut antara lain melindungi keamanan nasional dan kepentingan publik.

Selain itu, China juga secara signifikan memperketat peraturan yang memandu ekspor beberapa logam tahun ini, dalam persaingan yang semakin meningkat dengan Barat mengenai kendali atas mineral-mineral penting.

"Tiongkok terdorong untuk mempertahankan dominasi pasar-nya. Sekarang ini adalah perlombaan," kata Don Swartz, CEO American Rare Earths, yang sedang mengembangkan tambang dan fasilitas pemrosesan logam tanah jarang di Wyoming.

Sebelumnya, Ucore Rare Metals (UCU.V) mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan commissioning fasilitas untuk menguji teknologi pemrosesan logam tanah jarang miliknya sendiri, yang sebagian didanai oleh Departemen Pertahanan AS.

"Teknologi-teknologi baru akan diperlukan untuk mengatasi cengkeraman Tiongkok di bidang-bidang penting ini," kata CEO Ucore Pat Ryan, dengan begitu, saham Ucore naik lebih dari 16%.

Mantan CEO Neo Performance Materials, Constantine Karayannopoulos mengatakan tidak jelas sejauh mana teknologi tanah jarang Tiongkok diekspor. Beijing telah melarang ekspornya selama bertahun-tahun, yang memisahkan logam tanah jarang di Estonia.

"Pengumuman ini hanya meresmikan apa yang diketahui semua orang," kata Karayannopoulos.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lampaui Proyeksi Ekonom, Inflasi China Bulan Juli 2025 Stagnan