Israel Nego soal Pembebasan Sandera, Ini Syarat dari Hamas
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat mengatakan perundingan "sangat serius" sedang berlangsung di Mesir mengenai gencatan senjata baru di Gaza dan pembebasan lebih banyak sandera Israel. Namun, prospek kesepakatan masih belum pasti karena Hamas dilaporkan bersikeras bahwa pihaknya tidak akan membahas apapun kecuali ada penghentian total serangan Israel di wilayah Palestina.
Negosiasi yang sedang berlangsung ini terjadi ketika pemungutan suara di New York mengenai resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata lebih lama dan lebih banyak pengiriman bantuan ditunda untuk ketiga kalinya.
Diplomasi tersebut diluncurkan ketika perkiraan resmi jumlah korban tewas di Gaza melewati angka 20.000, menurut kantor media pemerintah Hamas, dengan 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita di antara korban tewas, dan ketika kelaparan dan penyakit mengancam menambah angka kematian secara signifikan.
Kedatangan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas yang berbasis di Qatar, pada Rabu (20/12/2023) di Mesir dipandang sebagai tanda positif dari kemungkinan tipuan, karena terakhir kali dia datang adalah sebelum kesepakatan pertama bulan lalu yang melibatkan pembebasan 110 sandera dan gencatan senjata selama seminggu.
Sebuah sumber yang mengetahui mengenai perundingan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa para utusan tersebut secara intensif mendiskusikan sandera mana yang masih ditahan di Gaza yang dapat dibebaskan dalam gencatan senjata baru dan tahanan Palestina mana yang dapat dibebaskan oleh Israel sebagai imbalannya.
Seorang pemimpin Jihad Islam, kelompok militan Palestina yang lebih kecil yang turut menyandera di Gaza, juga diperkirakan tiba di Mesir pada Kamis untuk melakukan pembicaraan mengenai pembebasan sandera dengan imbalan berapa banyak tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Namun, kedua belah pihak masih berbeda pendapat mengenai pertanyaan mengenai jeda pertempuran untuk mengiringi pertukaran tahanan. Para pejabat Hamas menegaskan bahwa mereka ingin hal itu menandai dimulainya gencatan senjata yang lebih lama, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia hanya melihatnya sebagai jeda singkat dalam kampanye militer yang berkelanjutan untuk menghancurkan Hamas secara militer dan sebagai kekuatan politik di Gaza.
Taher Al-Nono, penasihat media Haniyeh, mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas tidak bersedia membahas pembebasan lebih banyak sandera Israel sampai Israel mengakhiri kampanye militernya di Gaza dan jumlah bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Palestina meningkat.
"Persoalan narapidana bisa dirundingkan setelah kedua hal tersebut tercapai. Kita tidak bisa membicarakan perundingan sementara Israel melanjutkan agresinya. Membahas usulan apapun terkait tahanan harus dilakukan setelah penghentian agresi," kata Nono dalam wawancara di Kairo.
"Kami telah berbicara dengan saudara-saudara kami di Mesir, menguraikan sikap kami terhadap agresi ini dan kebutuhan mendesak untuk menghentikannya sebagai prioritas utama," kata Nono.
Israel bersikeras agar seluruh perempuan dan laki-laki lemah yang tersisa di antara para sandera dibebaskan, kata sumber yang mengetahui perundingan tersebut kepada Reuters.
(luc/luc)