PBB Siap Voting Resolusi Perdamaian Gaza, AS 'Berulah' Lagi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dijadwalkan melakukan pemungutan suara pada hari Rabu (20/12/2023) mengenai resolusi penghentian perang Israel-Hamas. Ini terjadi setelah pembahasan tertunda akibat perselisihan redaksional.
Para anggota dewan telah berdebat untuk menemukan titik temu mengenai resolusi tersebut. Dokumen penjadwalan resmi mengatakan badan beranggotakan 15 negara itu akhirnya akan melakukan pemungutan suara pada hari Rabu.
Israel, yang didukung oleh sekutunya Amerika Serikat (AS), anggota tetap DK yang memegang hak veto, menentang penggunaan istilah gencatan senjata. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan ia tidak ingin berkomentar lebih jauh terkait hal ini
Richard Gowan, seorang analis di International Crisis Group, mengatakan bahwa setiap negara pada dasarnya terjebak menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan AS.
"Sepertinya diplomat Amerika pun tidak tahu bagaimana kisah ini akan berakhir," tambahnya, setelah beberapa diplomat Amerika memberikan jawaban yang tidak jelas ketika ditanya apa yang akan terjadi dan mengapa pemungutan suara ditunda hingga Selasa.
Sementara itu, pekan lalu, Majelis Umum mengadopsi resolusi tidak mengikat terkait isu yang sama, dengan 153 suara berbanding 10, dan 23 negara abstain.
Didukung oleh sokongan yang besar, negara-negara Arab mengumumkan upaya baru di DK. Sebuah rancangan usulan UEA menyerukan "penghentian permusuhan yang mendesak dan abadi untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Jalur Gaza."
Namun, versi terakhir yang dilihat oleh AFP adalah teks yang dimodifikasi yang tampaknya berupaya menyelamatkan kompromi.
Pernyataan tersebut tidak terlalu langsung, dan menyerukan "penghentian segera permusuhan untuk memungkinkan akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan, dan untuk langkah-langkah mendesak menuju penghentian permusuhan yang berkelanjutan."
Pejabat PBB Tor Wennesland mengatakan pada hari Selasa bahwa langkah "terbatas" Israel untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza "adalah hal yang positif, namun masih jauh dari apa yang diperlukan untuk mengatasi bencana kemanusiaan di lapangan."
Serangan Israel masih terus menghantam Gaza. Ini dilakukan Tel Aviv sebagai balasan atas aksi kelompok penguasa bersenjata wilayah kantong Palestina itu, Hamas, yang melancarkan serangan lintas batas ke Selatan Israel 7 Oktober silam.
Meski mengaku menargetkan Hamas, serangan Israel nyatanya telah membawa kerusakan besar bagi warga sipil. Sejauh ini, jumlah korban sipil yang tewas di Gaza telah mencapai sedikitnya 19.667 jiwa.
(pgr/pgr)