
Video: AS Beri Kabar Tak Sedap, RI Wajib Waspadai Risiko Ini!
Jakarta, CNBC Indonesia- Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat inflasi Amerik Serikat sebesar 3,1% (yoy) pada November 2023. Angka ini lebih rendah dibanding Oktober 2023 sebesar 3,2% (yoy) sementara inflasi inti tetap di 4,0 (yoy)
Ekonom Senior INDEF, Fadhil Hasan menilai data inflasi AS sudah sesuai dengan proyeksi pasar meski belum turun drastis sehingga potensi suku bunga The Fed tetap "higher for longer" masih dipertahankan.
Fadhil melihat data ekonomi AS menunjukkan adanya pemulihan ekonomi AS pasca pandemi dengan tingkat pengangguran yang rendah. Diperkirakan The Fed akan menahan suku bunga di akhir 2023 dan diharapkan dapat dipangkas di pertengahan 2024.
Sementara, Ekonom UI, Ninasapti Triaswati melihat posisi inflasi AS yang masih jauh dari 2% harus disikapi hati-hati karena ada risiko suku bunga tinggi dipertahankan.
Secara sektoral, Nina melihat peran sektor militer cukup berperan ke ekonomi AS di tengah perang Rusia hingga Israel. Namun sektor pangan dll yang terkait inflasi cukup tertekan sehingga suku bunga masih akan tinggi.
Seperti apa analisa ekonom terhadap data inflasi AS? bagaimana dampaknya ke global & RI? Selengkapnya simak dialog Safrina Nasution dengan Ekonom Senior INDEF, Fadhil Hasan dan Ekonom UI, Ninasapti Triaswati dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Rabu, 13/12/2023)
-
1.
-
2.
-
3.