Internasional

Menhan Jerman Tegaskan Negaranya Bukan Sekutu Ukraina

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 December 2023 13:32
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius (kanan) berbicara dengan seorang tentara Jerman yang duduk di dalam tank Leopard 2 saat ia mengunjungi Batalion Tank Bundeswehr 203, untuk mempelajari kinerja tank tempur utama Leopard 2, di Augustdorf, Jerman barat, pada 1 Februari , 2023. (INA FASSBENDER/AFP via Getty Images)
Foto: (AFP via Getty Images/INA FASSBENDER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan (Menhan) Jerman Boris Pistorius mengatakan bahwa negaranya melakukan segala yang bisa dilakukan untuk membantu Ukraina melawan agresi Rusia, namun menekankan bahwa Kyiv bukanlah sekutu Berlin.

Komentar Pistorius muncul setelah adanya tuduhan bahwa Berlin enggan memberikan dukungan militer kepada Ukraina untuk digunakan dalam perang yang dimulai oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kami memberikan apa yang kami bisa. Hal yang sama berlaku untuk hampir semua sekutu dan mitra lainnya. Namun Jerman bukan sekutu Ukraina dan oleh karena itu tidak berada dalam aliansi," kata Pistorius kepada lembaga penyiaran ZDG, seperti dikutip banyak media Ukraina.

Jerman mendapat kecaman karena menolak mengirim rudal Taurus ke pasukan Ukraina meskipun Inggris dan Prancis memasok senjata jarak jauh serupa. Padahal pada November lalu, Jerman sempat berjanji untuk menggandakan bantuan militernya ke Kyiv pada tahun 2024.

Sejauh ini Berlin telah memasok artileri, tank Leopard, sistem pertahanan udara IRIS-T dan Patriot, amunisi, kendaraan, drone, serta persenjataan lainnya kepada Ukraina. Pistorius mempertahankan rekor negaranya sebagai pendukung pasukan Kyiv terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Pada Juli, NATO mengatakan bahwa Ukraina dapat bergabung dengan aliansi di mana Jerman merupakan bagian penting, meskipun belum ditentukan kapan hal tersebut akan dilakukan.

"Saat ini kita menghadapi masalah bahwa industri senjata tidak dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tertentu secepat yang dibutuhkan," kata Pistorius, menambahkan bahwa industri pertahanan meningkatkan kapasitasnya "di manapun mereka bisa."

Ia mencontohkan, dibutuhkan waktu enam bulan untuk memulai kembali produksi amunisi tank Leopard.

Dia juga mengkritik janji yang dibuat tahun lalu oleh Uni Eropa untuk meningkatkan produksi peluru 155 mm menjadi satu juta butir amunisi pada musim semi, yang akhirnya tidak dapat dipenuhi. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengkonfirmasi pada November bahwa UE terlambat dari jadwal.

"Anda dapat berasumsi bahwa keadaan akan menjadi lebih baik dalam beberapa bulan ke depan," kata Pistorius, saat Jerman akan mengirimkan hampir 200.000 butir amunisi. "Tetapi semuanya membutuhkan waktu, dan ini bukan soal keputusan politik atau sumber daya keuangan."

Tom O'Donnell, seorang analis geopolitik yang berbasis di Berlin, mengatakan bahwa Pistorius ingin melihat Ukraina mendapatkan lebih banyak senjata dari Jerman dan Uni Eropa (UE) tetapi mungkin menghadapi penentangan dari dalam pemerintahannya.

"Mungkin Pistorius serius untuk melakukan hal ini, namun kesan saya melebihi apa pun yang dia ingin lakukan. Saya rasa pemerintah di sini tidak mempunyai keinginan untuk benar-benar meningkatkan hal ini," kata O'Donnell, seperti dikutip Newsweek.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan AS, Raksasa NATO Ini Bersiap Hadapi Serangan Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular