
Senjata Baru AS Lawan China, Bom Siluman Nuklir Sayap Terbang
Bomber B-21 "Raider" Angkatan Udara AS, yang memiliki desain mirip sayap terbang, sukses melakukan penerbangan perdananya.

Pesawat pembom B-21 "Raider" Angkatan Udara AS, yang memiliki desain mirip sayap terbang, sukses melakukan penerbangan perdananya akhir pekan kemarin. (REUTERS/David Swanson)

Mengutip Reuters, ini menandai tahap selanjutnya dalam pengenalan armada baru pembom siluman jarak jauh itu, yang dilengkapi kemampuan nuklir, dan dikembangkan oleh perusahaan Northrop Grumman (NOC.N). (REUTERS/David Swanson)

Dalam gambar ini, B-21 meninggalkan fasilitas Northrop di Pabrik 42 Angkatan Udara di Palmdale, California, saat matahari terbit. Menurut seorang saksi Reuters, pesawat lepas landas pada pukul 6:51 pagi waktu setempat. Momen ini menyajikan tampilan pertama tanpa disertai penjelasan terkait pembom baru yang telah dikembangkan di bawah pengamanan yang ketat. (REUTERS/David Swanson)

Meskipun para pemimpin Angkatan Udara tidak mengumumkan secara publik mengenai penerbangan pertama B-21, sekitar tiga lusin penggemar penerbangan dan fotografer amatir berkumpul di sekitar Pabrik 42 dengan harapan bisa menyaksikan pembom tersebut terbang. (REUTERS/David Swanson)

B-21, yang memiliki desain "sayap terbang" serupa dengan pendahulunya, B-2. Ia memiliki kemampuan untuk mengirimkan senjata konvensional dan nuklir ke seluruh dunia dengan memanfaatkan kemampuan pengisian bahan bakar jarak jauh dan di udara. (REUTERS/David Swanson)

Pesawat ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$550 juta per unit pada dolar tahun 2010 atau sekitar US$750 juta dolar yang disesuaikan dengan inflasi saat ini setara dengan Rp 11,5 miliar. (REUTERS/David Swanson)

Senator Mike Rounds dari South Dakota baru-baru ini terang-terangan mengatakan bahwa B-21 akan memainkan peran penting melawan China untuk memastikan bahwa militernya tidak akan menyerang Taiwan atau menindas sekutu AS di Indo-Pasifik dengan cara apa pun.“Ini sebenarnya adalah senjata pencegahan China kami,” kata Rounds kepada South Dakota State Public Broadcasting. (REUTERS/David Swanson)