Internasional

AS Bantah Dorong Ukraina Berdamai dengan Rusia, Maunya Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
28 November 2023 13:25
Presiden AS Joe Biden (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjalan menyusuri barisan tiang saat mereka menuju Oval Office di Gedung Putih pada 21 Desember 2022 di Washington, DC. Zelensky bertemu dengan Presiden Biden dalam perjalanan pertamanya ke luar Ukraina sejak invasi Rusia dimulai, dan kedua pemimpin diperkirakan akan membahas bantuan militer yang berkelanjutan. Zelensky dilaporkan akan berpidato di pertemuan gabungan Kongres di malam hari. (Alex Wong/Getty Images)
Foto: Presiden AS Joe Biden (kanan) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjalan menyusuri barisan tiang saat mereka menuju Oval Office di Gedung Putih pada 21 Desember 2022 di Washington, DC. (Getty Images/Alex Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) buka suara soal laporan bahwa pihaknya dan Jerman menahan bantuan amunisi ke Ukraina untuk memaksa Kyiv berdamai dengan Rusia. Hal ini disampaikan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia James O'Brien, Senin (27/11/2023).

Dalam sebuah pernyataan, O'Brien dengan tegas menolak laporan itu. Ia menegaskan hanya Kyiv yang memiliki hak untuk mengambil keputusan terkait perundingan damai dengan Rusia.

"Kami selalu mengatakan bahwa ini adalah masalah yang harus diputuskan oleh Ukraina," kata O'Brien, menurut Reuters, yang diberitakan Russia Today.

Mengutip sumber anonim, media Jerman, Bild, melaporkan bahwa AS dan Jerman menjatah pengiriman senjata ke Ukraina dalam upaya untuk meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa ia tidak dapat merebut kembali wilayah yang hilang.

Dengan kemampuan Kyiv yang belum membuat terobosan berarti, Washington dan Berlin bertujuan untuk mendorong Zelensky ke dalam perundingan tanpa memintanya secara eksplisit.

Terlepas dari benar atau tidaknya laporan tersebut, AS telah memberikan paket senjata yang makin kecil kepada Ukraina dalam beberapa bulan terakhir. Saat berada di Kyiv pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan tahap baru persenjataan dan amunisi senilai US$ 100 juta (Rp 1,5 triliun).

Di tengah menurunnya dukungan militer, Presiden AS Joe Biden saat ini menekan Kongres untuk menyetujui pendanaan tambahan lebih dari US$ 60 miliar (Rp 927 triliun) untuk Kyiv.

Namun, Partai Republik, yang merupakan oposisi Biden, terpecah menjadi kelompok konservatif garis keras yang menolak pengeluaran lebih lanjut untuk Ukraina, dan kelompok arus utama yang menginginkan paket bantuan dikaitkan dengan peningkatan pendanaan untuk keamanan perbatasan AS.

Sekitar 45% warga Amerika yakin negara mereka mengirimkan terlalu banyak uang ke Ukraina, menurut jajak pendapat AP-NORC yang diterbitkan pekan lalu.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen kepada CNBC awal bulan ini mengatakan hanya Ukraina yang akan memutuskan kapan harus mengupayakan perdamaian. Ia menambahkan Ukraina "sepenuhnya bergantung" pada bantuan AS agar dapat berfungsi.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Buka-bukaan Rahasia Kekuatan Terbesar Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular