
Utang 3 Negara Eropa Ini Mau "Meledak"

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga negara Eropa diberi peringatan oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Ketiganya adalah Italia, Prancis dan Spanyol.
Ini terkait peningkatan utang dan tingkat defisit di negara itu. Hal ini ditegaskan langsung Ketua IMF Kristalina Georgieva.
"Ketiga negara ini mengalami peningkatan rasio utang terhadap PDB secara signifikan," katanya dalam sebuah wawancara beberapa surat kabar, menurut transkrip yang diterbitkan oleh Corriere della Sera dari Italia, Jumat, sebagaimana dikutip AFP, Jumat (24/11/2023).
"Respon fiskal mereka terhadap Covid memang sangat kuat, namun hal ini menyebabkan peningkatan utang dan tingkat defisit," tambahnya.
"Jadi sekarang mereka benar-benar harus mengencangkan sabuk pengaman dan melakukan penyesuaian fiskal."
Untuk Italia, Georgieva mengungkapkan masalah ini diperparah dengan melambatnya pertumbuhan. Hal ini sebagai akibat dari penarikan langkah-langkah dukungan kebijakan.
"Anggaran untuk Italia harus diperkuat: penyesuaian fiskal yang dilakukan Italia tidak akan bekerja cukup cepat untuk menurunkan defisit dan tingkat utang," katanya.
Prancis, ujarnya, berada dalam posisi yang lebih baik karena pertumbuhan di sana lebih mengakomodasi penyesuaian fiskal. Namun 2024 harus menjadi "halaman balik" bagi Perancis dalam hal pengetatan.
Spanyol sendiri memang telah mengatakan akan melakukan penyesuaian sebesar 0,3%. Pemerintah diminta tidak memperbarui langkah-langkah dukungan dan kebijakan, yang diperkirakan akan berakhir pada akhir tahun ini
Secara keseluruhan, Georgieva menyampaikan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi di Eropa. Ia mengutip tantangan seperti perang di Ukraina dan tantangan demografis sebagai faktor utama.
"Tidak seperti Amerika Serikat, yang telah pulih ke tren sebelum pandemi, Zona Euro masih 2% di bawah tren sebelum pandemi, dan pertumbuhannya sangat kecil," tuturnya lagi.
Ditanya tentang perang antara Israel dan Hamas, Georgieva mengatakan sejauh ini dampak ekonomi global masih minim. Namun hal itu bisa berubah jika konflik berkepanjangan atau semakin intensif.
"Secara ekonomi, dampak paling signifikan terjadi di epicentrum konflik," ujarnya.
"Di Gaza, kerusakannya sangat besar. Pertumbuhan di Israel pasti akan terkena dampaknya," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Eropa Ini Menyesal Ikut Proyek Utang China, Kenapa?