Internasional

10 Update Gaza: Israel Menggila-Gencatan Senjata Ditunda

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
23 November 2023 08:59
Flares fall over Gaza, as seen from southern Israel, amid the ongoing conflict between Israel and the Palestinian group Hamas, November 22, 2023. REUTERS/Alexander Ermochenko
Foto: Perang Gaza (REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan Israel ke Gaza, Palestina memasuki babak baru. Israel dan Hamas sebelumnya dilaporkan setuju melakukan gencatan senjata sementara selama empat hari, dengan imbalan pertukaran sandera, sebagaimana dimediasi Qatar.

Namun sejumlah update muncul, di antaranya kemungkinan tertundanya realisasi gencatan senjata akibat sejumlah masalah yang belum rinci. Gaza sendiri saat ini masih memasuki waktu Kamis (23/11/2023) dini hari.

Lalu apa saja fakta terbaru sejauh ini? Berikat rangkuman CNBC Indonesia.

Israel Masih Menggila Bombardir Gaza

Israel sender dilaporkan masih terus membombardir Gaza. Mengutip laporan terbaru Al-Jazeera Kamis pagi, serangan intensif terus diberikan Israel di Jalur Gaza.

Di Deir el-Balah dan di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, serangan Israel menghantam bangunan tempat tinggal. Menurut kantor berita Palestina Wafa, ini memicu kekhawatiran akan banyak kematian dan cedera.

Wafa juga mengatakan serangan terjadi di lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza. Beberapa daerah di Khan Younis dan Rafah di selatan juga menjadi sasaran serangan udara Israel, termasuk sebuah bangunan yang menampung kelompok amal di sebelah Rumah Sakit Kuwait di Rafah.

Al Jazeera Arab juga melaporkan bahwa pasukan Israel menargetkan kru pertahanan sipil di Beit Lahiya di Gaza utara. Belum ada update terbaru korban tewas eski kemerin total 14.000 warga sipil telah meregang nyawa, termasuk 6.000 lebih anak-anak.

Gencatan Senjata Ditunda

The Guardian melaporkan bagaimana berbagai media di Israel melaporkan bahwa gencatan senjata sementara akan tertunda. Begitu pula kesepakatan penyanderaan.

"Sebuah sumber Israel mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa pertempuran di Gaza tidak akan berhenti selama belum ada batas waktu yang pasti untuk perjanjian dengan Hamas," muat media itu.

Sumber BBC juga melaporkan bahwa pemerintah Israel akan menunda gencatan senjata, yang sebelumnya diperkirakan pukul 10.00 Kamis ini. Sementara itu, seorang pejabat Israel mengatakan kepada kantor berita AFP, pertempuran antara Israel dan Hamas tidak akan berhenti "sebelum hari Jumat".

Netanyahu: Perang Masih Lanjut

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Gallant berjanji untuk membawa pulang semua sandera dan memberantas Hamas. Ini ditegaskan dalam konferensi pers yang digelar Rabu malam, pasca pengumuman persetujuan gencatan senjata sementara oleh kabinet dilaporkan.

"Warga Israel, saya ingin memperjelas: perang terus berlanjut," kata Netanyahu dimuat CNBC International.

"Perang terus berlanjut. Kami akan melanjutkannya sampai kami mencapai semua tujuan kami," tegasnya.

Netanyahu mengatakan dalam siaran pers bahwa negaranya secara historis berjuang untuk membawa pulang sandera dalam setiap kasus. Bahkan menyebutkan serangan Entebbe tahun 1976 di mana saudaranya sendiri meninggal saat bertugas di IDF.

Hal sama juga dimuat Al-Jazeera. Dikatakan bagaimana Netanyahu berujar "penghapusan Hamas" menjadi tujuannya.

"Memastikan bahwa sehari setelah Hamas, Gaza tidak akan berada di bawah kendali pihak mana pun yang terlibat dalam terorisme atau mengajarkan terorisme," katanya.

"Kami akan menjamin keamanan dan keselamatan warga kami baik di utara maupun selatan. Kami menang, dan kami akan terus berjuang sampai kemenangan penuh," ujar politisi dari partai ekstrim kanan itu.

Ia pun memerintahkan Mossad untuk bertindak. Terutama melawan para pemimpin Hamas "di mana pun mereka berada".

Mossad atau Ha-Mossad le-Modiin ule-Tafkidim Meyuhadim adalah dinas rahasia Israel. Mossad bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen, operasi rahasia, dan kontra-terorisme di Negeri Zionis itu.

Pernyataan ini sendiri telah menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran dari para pengamat. Hal ini ditakutkan memperkeruh suasana di tengah kesepakatan yang sudah dibuat.

Joe Biden

Sementara itu, President Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkomunikasi dengan Netanyahu, Kamis. Pasangan ini menyepakati sejumlah hal soal gencatan senjata.

"Setuju bahwa pekerjaan tersebut belum selesai dan Presiden meyakinkan Perdana Menteri bahwa ia akan terus berupaya untuk menjamin pembebasan semua sandera yang tersisa di Gaza," kata Gedung Putih dalam pembacaan pembicaraan, dimuat Al-Jazeera.

"Presiden lebih lanjut menekankan pentingnya menjaga ketenangan di sepanjang perbatasan Lebanon dan juga di Tepi Barat," tambahnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Pemerintahan Biden akan mengawasi implementasi kesepakatan yang dibuat antara Israel dan Hamas. Ini agar Hamas mampu memenuhi kesepakatan penyanderaan mereka.

"Tidak ada yang melakukan touchdown dance di sini. Sekarang adalah waktunya bagi semua orang untuk memperhatikan dengan sangat cermat. Karena hal ini sekarang tergantung pada implementasi dan pelaksanaannya," kata Kirby dalam pengarahan virtual untuk komunitas Yahudi Amerika.

Kirby juga memberikan beberapa penjelasan mengenai sandera asal AS yang tersisa. Menjelaskan bahwa ada 10 orang Amerika yang belum ditemukan, dan mereka semua diyakini sedang ditawan saat ini.

"Kami tahu ada 10 orang Amerika yang belum ditemukan, kami tidak tahu apakah mereka semua adalah sandera, tapi itulah asumsi yang kami buat. Jadi di suatu tempat di lingkungan itu (Gaza)," katanya.

"Tiga warga Amerika akan masuk dalam kategori perempuan dan anak-anak yang merupakan bagian dari kesepakatan pembebasan tersebut, dan AS optimistis ketiganya setidaknya akan mengalami satu peningkatan," tambahnya.

Warga Palestina Tetap di Gaza?

Dalam kesempatan berbeda, Biden mengatakan warga Palestina tidak akan diusri paksa dari Gaza dan Tepi Barat. Ini, ia sampaikan saat melakukan panggilan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

"Dikatakan bahwa presiden AS menegaskan kembali kepada el-Sisi, dalam keadaan apa pun AS tidak akan mengizinkan relokasi paksa warga Palestina dari Gaza atau Tepi Barat yang diduduki," ujar Gedung Putin.

Biden juga mengatakan bahwa AS tidak akan mengizinkan pengepungan permanen terhadap Gaza atau penarikan kembali perbatasannya. Sebelumnya ini menjadi kekhawatiran mengingat Israel sempat berujar akan mengontrol Gaza sementara.

WHO Ungkap "Dosa-Dosa" Israel di Gaza

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendokumentasikan 178 serangan terhadap fasilitas kesehatan yang menewaskan 553 orang. Termasuk 22 petugas kesehatan, sejak perang dimulai pada 7 Oktober.

Direktur regional badan tersebut, Ahmed Al Mandhari, mengatakan dalam pengarahan online bahwa sekitar 800 orang, termasuk 48 petugas kesehatan, terluka dalam serangan tersebut. Sebanyak 24 rumah sakit dan 32 ambulans juga rusak dan hancur.

"Perang telah memaksa penutupan 27 dari 36 rumah sakit dan 47 dari 72 klinik layanan kesehatan primer di seluruh Gaza, katanya. Fasilitas tersebut berhenti menyediakan layanan terutama karena kekurangan bahan bakar dan serangan," katanya.

"Rumah sakit harus diizinkan untuk mengisi kembali sumber daya yang mereka perlukan agar dapat terus berfungsi. Kita tidak bisa terus-terusan memberikan bantuan di lautan kebutuhan," tambahnya.

UNICEF Teriaki Gaza

Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Jalur Gaza adalah "tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak". Ia menggarisbawahi lebih dari 5.300 anak-anak Palestina dilaporkan telah terbunuh sejak 7 Oktober ketika militan Hamas Palestina menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 lainnya.

"Dampak sebenarnya dari perang terbaru di Palestina dan Israel ini akan diukur dari kehidupan anak-anak - mereka yang hilang akibat kekerasan dan mereka yang selamanya berubah karenanya. Tanpa adanya penghentian pertempuran dan akses kemanusiaan penuh, kerugian yang ditimbulkan akan terus meningkat secara eksponensial," kata Russell.

"Perempuan di Gaza mengatakan kepada kami bahwa mereka berdoa untuk perdamaian, namun jika perdamaian tidak tercapai, mereka berdoa agar segera meninggal, dalam tidur mereka, sambil menggendong anak-anak mereka. Kita semua seharusnya merasa malu karena ibu mana pun, di mana pun, mempunyai doa seperti itu," timpal Direktur Eksekutif Perempuan PBB, Sima Bahous.

Putra Bos Hizbullah Dibunuh Israel

Sementara itu, Israel membombardir Lebanon, Kamis. Sebuah rumah di kawasan Beit Yahun di wilayah selatan menjadi sasaran.

Dilaporkan lima orang tewas. Termasuk salah satu putra seorang anggota parlemen senior kelompok itu.

"Abbas Raad, putra ketua blok parlemen Hizbullah Mohammed Raad, martir dalam perjalanan menuju Yerusalem", kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.

Isarel sendiri mengatakan dalam pernyataan Rabu malam bahwa mereka telah menyerang sejumlah sasaran Hizbullah dan sumber tembakan dari Lebanon. Israel menyebut targetnya "sel teroris" dan infrastruktur Hizbullah.

Hizbullah terlibat peningkatan baku tembak dengan Israel, sejak perang dimulai Tel Aviv 7 Oktober di Gaza. Hizbullah, proksi Iran, menegaskan mendukung perjuangan Hamas di wilayah Palestina.

Sejak bentrokan lintas batas dimulai, 107 orang telah tewas di pihak Lebanon. Sebanyak 75 di antaranya adalah pejuang Hizbullah, sementara 14 warga sipil, dan tiga jurnalis.

Di pihak Israel, total sembilan orang tewas. Sebanyak enam tentara dan tiga warga sipil.

Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah gencatan senjata empat hari di Gaza diumumkan antara Israel dan Hamas. Meski begitu hingga kini realisasi deal tersebut belum terjadi.

Kuburan Massal Warga Gaza

Lebih dari 100 jenazah dikuburkan di Gaza, pada hari Rabu. Situasi pila terlihat di kuburan massal di Khan Younis. Jenazah dibungkus dengan lembaran plastik biru yang diikat dengan ikatan kabel.

Para pekerja medis menempatkan puluhan jenazah yang dibawa dari berbagai daerah di Gaza utara, termasuk Rumah Sakit Shifa, ke dalam parit besar yang digali menggunakan buldoser.

MBS serukan Boikot Israel

Putra Mahkota Saudi dan Perdana Menteri Mohammed bin Salman (MBS) menyerukan upaya kolektif global untuk menghentikan serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang terkepung. Ini disampaikan dalam pertemuan virtual BRICS, Selasa lalu.

Dalam momen itu, ia mendesak semua negara untuk berhenti mengekspor senjata ke Israel. Ia juga menekankan penolakan Kerajaan terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza.

"Posisi Kerajaan adalah konstan dan tegas; tidak ada cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas di Palestina kecuali melalui penerapan keputusan internasional terkait solusi dua negara," pungkasnya dikutip Saudi Gazette.

"KTT BRICS diadakan di masa sulit yang dialami Jalur Gaza, dan kami menegaskan kembali penolakan tegas kami terhadap operasi Israel di Jalur Gaza."

MBS juga meminta agar bantuan segera masuk ke Jalur Gaza. Dia menekankan bahwa Gaza menyaksikan kejahatan brutal terhadap warga sipil, orang yang tidak bersalah, fasilitas kesehatan, dan tempat ibadah, dan hal ini memerlukan upaya kolektif untuk menghentikan bencana kemanusiaan ini.

"MBS menyerukan upaya kolektif untuk menghentikan memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, dan menekankan perlunya menyediakan koridor kemanusiaan di Gaza."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Perang Gaza, Korban Tewas "Menggila" 21.110 Jiwa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular