Penangkapan Ikan Tak Teratur, Ini Strategi KKP Jaga Populasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memaparkan strategi yang tengah dijalankan dalam menjaga populasi ikan di Indonesia. Menurut dia diperlukan strategi khusus mengingat penangkapan ikan masih dilakukan secara bebas dan mengakibatkan populasi ikan semakin menurun.
"Dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai jenis ikan yang ada di wilayah kita jumlahnya konon banyak, sekitar 12,5 juta ton setiap tahun ikan berproduksi. Tetapi cara pengambilannya tidak teratur dengan baik," kata dia dalam Hari Ikan Nasional (Harkannas) 2023 di Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Adapun program penangkapan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2023. Di dalam peraturan ini penangkapan ikan dilakukan secara terukur.
"Kita ingin meninggalkan zaman jahiliyah, dalam hal penangkapan ikan di laut secara bebas. Tapi kita ingin menangkap ikan dengan cara beradab agar populasi perikanan kita terjaga dengan baik," papar Sakti.
Diketahui dalam PP Nomor 11 tahun 2023 dijelaskan bahwa Zona Penangkapan Ikan Terukur meliputi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) di perairan laut dan laut lepas. WPPNRI merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan yang meliputi Perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang potensial untuk diusahakan di wilayah Indonesia.
Selain ditetapkannya Zona Penangkapan Ikan Terukur, PP No 11 Tahun 2023 turut mengatur mengenai Kuota Penangkapan Ikan pada Zona Penangkapan Ikan Terukur. Di mana kuota tersebut dihitung berdasarkan potensi sumber daya ikan yang tersedia dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan.
Di samping penangkapan, dia juga menyebutkan bahwa Indonesia harus mampu menyaingi negara maju dalam hal pengembangan budidaya perikanan baik di pesisir maupun di laut. Sehingga di masa yang akan datang penangkapan ikan akan menurun dan populasinya bisa terjaga.
"Tetapi budidaya harus kita naikkan setinggi mungkin agar kita bisa mengalahkan negara maju yang lain," ujar dia.
Salah satu negara maju yang dimaksud adalah Norwegia. Dia menjelaskan Norwegia mampu menguasai pasar ikan salmon karena berhasil melakukan budidaya hasil laut itu.
"Dia (Norwegia) punya salmon, tapi menguasai pasar, nilainya ratusan triliun. Pasar salmon itu tidak kurang dari US$ 30 miliar," kata Sakti.
Dia juga memaparkan mengenai pengawasan dan penjagaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal ini dilakukan untuk menjaga ekologi kelautan
"Ini penting karena laut bagian dari ekologi yg harus kita jaga agar tidak rusak akibat maraknya kepentingan eko khususnya dari sektor pariwisata. Contohnya Bunaken. Dulu 2009 luar biasa, tapi sekarang sudah ngga ada yang mau ke Bunaken," pungkas dia.
(rah/rah)