
BPS Tegaskan Efek Boikot Produk Israel Butuh Kajian Khusus

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan belum bisa memberikan jawaban pasti terkait dampak seruan boikot produk Israel terhadap impor ke Indonesia. BPS menyatakan butuh kajian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
"Kami tidak bisa langsung menjawab, karena perlu ada kajian khusus mengenai hal tersebut," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers terkait neraca perdagangan RI periode Oktober di kantornya, Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Pudji mengatakan kalaupun seruan boikot itu akan memberikan pengaruh, maka butuh waktu untuk melihat dampaknya. Dia menyebut ada tidaknya dampak dari seruan tersebut baru akan terlihat pada rilis BPS mengenai kinerja ekspor-impor RI bulan depan.
"Pada saat kami merilis ekspor-impor di bulan berikutnya, apakah ada perubahan atau tidak ini mungkin menjadi salah satu fenomena yang bisa menjawab pertanyaan itu," kata dia.
Seruan boikot terhadap produk Israel menggema setelah negara zionis itu melakukan agresi terhadap wilayah Gaza sejak pertengahan Oktober lalu. Serangan Israel ini merupakan balasan atas serangan yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Serangan Israel yang diperkirakan banyak memakan korban jiwa sipil ini membuat sebagian warga dunia. Beberapa waktu setelah serangan itu muncul gerakan Boycott, Divestment, Sanction (BDS) Movement terhadap produk yang terafiliasi dengan Israel sebagai sanksi atas serangan yang diduga melanggar banyak hukum internasional tersebut.
Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023, berisi tentang Hukum Dukungan terhadap Palestina. Dalam Fatwa ini tertuang bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Israel dan mendukung produk yang mendukung Israel hukumnya haram.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini meyakini gerakan boikot terhadap produk Israel tak berpengaruh banyak pada kinerja ekspor-impor Indonesia. Sebab, kontribusi ekspor dan impor dari Israel maupun Palestina sangat kecil.
Dia mengatakan ekspor Indonesia ke Palestina dari Januari sampai Oktober 2023 hanya sebesar 0,0011%. Dengan demikian, andilnya ke total ekspor Indonesia sangat kecil sekali. Sementara itu, Israel hanya mencapai 0,07% terhadap total ekspor Indonesia pada periode yang sama.
"Dapat disimpulkan kondisi politik di kedua negara tersebut tidak signifikan terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia. Kondisi politik di Ukraina-Rusia juga tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja perdagangan internasional di Indonesia dimana komoditas utama impor dari Ukraina adalah serealia," kata Pudji.
![]() 8 Produk Terkenal Israel yang Diboikot serta Alasannya |
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BPS Tegaskan Perang Israel vs Hamas Tak Ganggu Ekspor RI