Mentan Kerahkan Mantan Narapidana Nyebur ke Sawah, untuk Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam upaya mendorong agar Indonesia bisa kembali swasembada beras, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengerahkan mantan narapidana untuk ikut serta menanam padi.
Kepala BNPT, Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel mengatakan pihaknya ingin ikut serta dalam program swasembada beras, di samping itu pihaknya juga ingin agar program ini dapat memberikan peningkatan pada kehidupan para narapidana.
"Hal ini sesuai target Bapak Menteri agar Indonesia bisa kembali swasembada beras. Dan kami ingin ikut dalam program itu di samping akan membangun proses swasembada itu juga akan diberikan peningkatan kehidupan kepada para narapidana," kata Rycko saat ditemui di Kantor Kementan Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Rycko menyebut program untuk meningkatkan kehidupan mantan narapidana merupakan amanat langsung dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
"Salah satu program yang diamanatkan oleh presiden adalah bagaimana meningkatkan kehidupan para mantan narapidana bisa kembali produktif. Di samping program-program kawasan keamanan negara, juga ingin mereka memiliki kesempatan untuk berusaha, bekerja, keterampilan sesuai keinginan dan talenta masing masing. Ada yang ingin jadi penjahit untuk pakaian, atau petani. Kemudian salah satunya adalah memberikan manfaat untuk peluang perkebunan dan pertanian," jelasnya.
Untuk itu, lanjut Rycko, pihaknya meminta pendapat dan bimbingan kepada Menteri Pertanian (Mentan) supaya diberikan cara untuk bagaimana melakukan pertanian dan perkebunan.
"Tanah cocok, bibit cocok, cara nanamnya gimana," ucapnya.
Sementara untuk komoditas yang ditanam, kata Rycko, saat ini adalah padi, karena kebetulan sejalan dengan program yang sedang dijalankan oleh Mentan Andi Amran Sulaiman untuk bisa Indonesia kembali menjadi swasembada beras.
"Dalam memanfaatkan program itu, para petani dengan program ini sejak proses penanaman dan panen lebih cepat, semakin cepat mendapatkan hasil. Khusus untuk program ini sambil menunggu panen, para petani bisa ada penghasilan. Biasanya yang jadi masalah mereka tidak sabar menunggu panen, 3-4 bulan apalagi kalau tanaman lain selain beras. Nah program penanaman 1 juta hektar ini jadi penanaman untuk menunggu hasil panen lainnya," jelasnya.
Adapun lahannya, kata dia, kebetulan BNPT memiliki lima lokasi, yang mana rencananya hari ini lokasi tersebut akan dievaluasi.
"Apakah 5 lokasi ini cocok atau tidak. Kalaupun tidak ada yang cocok, tapi kita punya lahan pemerintah kayak PTPN kita manfaatkan. Hasilnya untuk keluarga mantan narapidana, masyarakat sekitar," ucapnya.
Sedangkan skema hariannya dilakukan dengan mekanisme hari orang kerja (HOK).
"Skema harian itu ada namanya HOK (hari orang kerja), ini ada mekanisme kerja dalam programnya seperti itu sambil menunggu hasil panen apa yang bisa dimakan oleh mereka hariannya," ujarnya.
Rycko menjelaskan bahwa yang bertani dalam program ini merupakan narapidana yang sudah dibebaskan atau mantan narapidana. Di samping terus melakukan pembinaan kepada para mantan napi, di waktu bersamaan pemerintah juga akan mendorong untuk peningkatan kualitas hidup para mantan napi.
"Sudah bebas. Kalau yang masih dalam penahanan kan mereka di dalam, ini sudah bebas. Di samping kita terus kasih pembinaan secara ideologi, dalam waktu bersamaan mereka juga kita tingkatkan kualitas hidupnya," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut program ini merupakan sebuah solusi permanen untuk para mantan narapidana, sekaligus mewujudkan program satu juta hektar per tahun menuju Indonesia swasembada beras.
"Kita memberikan solusi permanen untuk saudara-saudara kita mantan narapidana. Ini jumlahnya kecil, gak banyak, penduduk kita kan 277 juta orang. Ini kita beri solusi permanen, adalah kita mencari lahan," kata Amran dalam kesempatan yang sama.
Untuk mendukung keberlanjutan program ini, kata Amran, Kementan akan mempersiapkan mulai dari lahan, teknologi, pendampingan, ahli, bibit, hingga sarana produksi.
"Kita persiapkan teknologinya. Ada program kita 1 juta hektar, insentif El Nino. Nah ini kita kolaborasi, kemudian kalau tanahnya sudah ada InsyaAllah mulai bekerja hari ini, turun ke lapangan, di mana lahannya ada, alsintan kita turunkan, bibitnya kita turunkan yang terbaik," ujarnya.
"Kata kuncinya adalah jangan biarkan saudara kita ini jalan sendiri, kemudian kita ciptakan lapangan kerja untuk mereka. Kalau mereka berpendapatan lebih sehingga dia produktif dan dia bisa menghidupi anak istrinya dengan baik, InsyaAllah tidak akan berpikir ke sana lagi. Nah ini solusi permanen, kita harapkan dia tinggal di lahan itu, apakah di jawa atau di mana itu lahannya," imbuh Amran.
Selain untuk dikonsumsi sendiri hasil panennya, kata Amran, hasil panen juga bisa dijual dan menghasilkan uang.
"Sudah pasti (untuk bisa dijual). Kita jangan membiarkan mereka hanya untuk konsumsi, apalagi kurang, apalagi rugi. Kalau rugi dia tidak akan bertahan. Bagaimana dia bisa konsumsi, bisa memenuhi standar pangan, kemudian bisa menyimpan sedikit deposito untuk pendidikan anaknya," tuturnya.
(wur)