
Alamak, Produksi dari Lapangan Minyak Termuda RI Sudah Drop!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengakui mayoritas lapangan minyak dan gas bumi (migas) milik RI sudah berusia tua alias uzur. Hal tersebut tentunya menyebabkan penurunan produksi secara alamiah tak bisa dihindari.
Sugeng menyebut, sebagian besar atau bahkan hampir seluruh blok yang berproduksi saat ini masuk dalam kategori mature (matang). Bahkan, penurunan produksi juga terjadi pada blok yang kategori usia muda.
"Yang termuda yang signifikan secara volume adalah Blok Cepu itu pun sekarang sudah mulai turun produksinya," kata Sugeng dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (7/11/2023).
Ia pun mencatat, pada 2021 lalu produksi Blok Cepu sempat mencapai puncaknya yakni berada di level 230 ribu barel per hari (bph). Namun saat ini kondisinya telah mengalami penurunan.
"Puncaknya 230 ribu bph tetapi sekarang turun. Nah memang karena tiadanya eksplorasi yang signifikan tidak ditemukannya sumber-sumber baru maka sekarang itu Indonesia di hulu backbone kita tinggal dua blok yakni Rokan dan Cepu," katanya.
Sugeng pun bersyukur, setelah diambil alih oleh Pertamina, produksi di Blok Rokan masih tetap stabil dan berada di level 164 ribu bph. Sementara untuk Blok Cepu sendiri produksinya saat ini berada di level 160 ribu bph.
"Dua blok inilah yang menjadi tulang punggung dari lifting minyak kita dalam asumsi makro kita di APBN tahun 2023 yang sedang berjalan ini. Kita targetkan lifting minyak kita di 660 ribu bph tetapi sebagaimana juga lifting laporan lifting hampir setiap minggunya memang sulit dicapai," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, saat ini produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang dikelola oleh perusahaan migas asal Amerika Serikat, ExxonMobil Cepu, kembali menurun ke level produksi 140-an ribu barel per hari (bph).
Kondisi ini menurutnya berbeda dengan produksi minyak yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang belakangan menunjukkan peningkatan.
"Kalau saya melihat justru di PHE itu membaik, punya Pertamina membaik, karena di OSES itu yang sudah aging mulai diganti dengan pipa-pipa baru, sudah mulai jadi dan sudah mulai naik lagi. Tapi di tempat lain malah menurun, seperti Banyu Urip itu (produksi minyak) turun jadi sekarang itu 140-an (ribu barel per hari). Jadi yang turun-turun itu perusahaan-perusahaan lain, Pertamina sudah mulai naik," jelas Tutuka saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Senin (6/11/2023).
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyadari bahwa Blok Cepu saat ini tengah mengalami penurunan produksi secara ilmiah atau natural decline.
Oleh sebab itu, dengan adanya rencana pengeboran tujuh sumur di Lapangan Banyu Urip, diharapkan produksi Blok Cepu kembali menyalip Blok Rokan yang saat ini menjadi nomor satu produsen minyak terbesar di Indonesia.
"Sekarang itu 157 ribu bph produksinya dan dengan potensi yang dua infill sama clastic tadi itu ada kenaikan sekitar 18 ribu, jadi nanti tentu akan kembali nomor satu," ungkap Dwi saat ditemui usai acara penandatanganan kontrak pengadaan Rig pengeboran Banyu Urip Infill Clastic PDSI dengan ExxonMobil Cepu Ltd di Jakarta, Kamis (10/8/2023).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Pertamina, Produksi Minyak Raksasa AS di RI Ini Anjlok!
