Road to CNBC Indonesia Awards

Era Transisi Energi, Indonesia Tinggalkan Batu Bara?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
31 October 2023 09:04
Road to CNBC Indonesia Awards , Membangun Ketahanan Energi di Tengah Gonjang Ganjing Geopolitik Dunia
Foto: Road to CNBC Indonesia Awards , Membangun Ketahanan Energi di Tengah Gonjang Ganjing Geopolitik Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Hilirisasi batu bara mulai menjadi fokus pemerintah sebagai upaya transisi energi ke energi yang lebih bersih. Sekretaris Jendral Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan hilirisasi batu bara bisa dimanfaatkan sebagai pengganti LPG melalui produk turunan dari dimethyl ether (DME).

Saat ini batu bara masih menjadi kontributor energi pembangkit listrik terbesar di tanah air. Untuk mengurangi emisi karbon dari PLTU, maka dilakukan co-firing yang dikombinasikan dengan biomassa.

"Jadi tanpa kita harus mengubah struktur pembangkit batu bara sampai dengan 20%. Kita juga cukup punya biomassa dari Indonesia, jadi bisa digunakan sebagai campuran produksinya," kata Djoko dalam Road to CNBC Indonesia Awards 'Best Energy Companies, Selasa (31/10/2023).

Sementara itu, dia mengakui masih ada pembangkit berbasis batu bara yang belum mengkombinasikan biomassa dalam prosesnya. Ke depannya, ada rencana phase out dengan energi baru terbarukan (EBT) yang sudah siap, baik panas bumi, air, atau nuklir.

"Ya 2030 Insya Allah (pembangkit) nuklir bisa dibangun sehingga Insya Allah bisa," ujarnya.

Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dan Carbon Capture Storage (CCS) juga bisa menjadi alternatif, jika bauran biomassa atau EBT belum bisa dilakukan. Dia menegaskan PLTU yang habis kontraknya tidak akan diperpanjang, dengan catatan EBT siap agar listri di tanah air tetap terjaga.

"Jadi kita capture dan bisa kita manfaatkan untuk injeksi produksi minyak kita. Jadi kita tidak menghentikan batu bara tetapi mengkombinasikan dengan biomassa, amonia, dan hidrogen," kata Djoko.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan Baru 12%, Masih Mahal?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular