Didukung LPEI, Cokelat dari Kolaka Utara Sasar Ekspor Eropa

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Minggu, 29/10/2023 08:00 WIB
Foto: Mitra pendamping Desa Devisa Kakao Kolaka Utara (Kolut), Rusmadi Mahmud/Teti Purwanti

Jakarta, CNBC Indonesia - Mitra pendamping Desa Devisa Kakao Kolaka Utara (Kolut), Rusmadi Mahmud mengungkapkan bahwa saat ini masih banyak petani kakao yang belum mapan, salah satunya di Kolut. Padahal, sebanyak 75% produksi cokelat di Indonesia dihasilkan oleh Pulau Sulawesi.

Untuk itu, pihaknya berkomitmen mendorong para petani bisa menjaga hasil produksi dan menjangkau pasar di Eropa.

"Melalui kolaborasi dengan para petani lokal dan bantuan berbagai stakeholder semoga petani bisa memenuhi kebutuhan hidupnya," ungkap Rusmadi di Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38, di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (20/10/2023).


Menurutnya hal ini bukan hal yang mustahil dicapai, apalagi dengan dukungan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, yang diberikan mandat untuk mendorong ekspor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar akses pasarnya semakin luas.

Buktinya, di gelaran TEI bersama dengan LPEI, Cikola tengah dalam proses penjajakan untuk menjangkau negara eropa khususnya Prancis, Jerman, dan Rusia.

"Kami sedang melakukan koordinasi termasuk dengan atase perdagangan agar bisa menjangkau Prancis, Jerman, dan Rusia," kata ungkap Rusmadi.

Dalam sebulan ke depan, Rusmadi bahkan menyebut akan melakukan pengiriman kedua sebanyak 1 ton Cikola ke Jepang. Lelaki 34 tahun itu menyebut ini bukan hal yang mudah, namun pihaknya terus melakukan pemasaran agar produk Cikola bisa bersaing di Eropa.

"Kami ikut Program Desa Devisa dari LPEI, ke depan kami berharap LPEI juga membantu terus dalam skema pendanaan dan juga mencapai target yang dipasang. Apalagi saat ini mesin kami seharusnya bisa mencapai 45 ton cokelat, namun baru mencapai kapasitan 100 kg," rinci Rusmadi.

Menurut Rusmadi, saat ini Cikola sudah dikenal di pasar Sulawesi dan beberapa daerah Jawa. Ke depan bukan cuma di Eropa, Rusmadi berharap Cikola juga bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia.

Bersama LPEI, Rusmadi sebagai mitra pendamping memberikan pendampingan hingga akhirnya produksi cokelat terhilirisasi di satu desa.

"Hilirisasi ini juga membangkitkan semangat petani, semenjak itu kami juga didorong menjual di market place, hingga membuat website sendiri yang menjangkau bukan cuma nasional, namun juga internasional," pungkas Rusmadi.

Program Desa Devisa sendiri memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan kepada para petani melalui Bumdes. Program pelatihan yang terintegrasi ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan para petani baik dari aspek produksi, manajemen maupun tata cara ekspor. Dengan begitu diharapkan dapat meningkat kapasitas produksi maupun kualitas komoditasnya, sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasar global.

Bentuk pendampingan diberikan untuk penguatan kelembagaan, pendampingan manajemen ekspor dan akses pasar hingga peningkatan kapasitas produksi serta bantuan alat produksi. Jadi apabila dinilai menjadi bankable tidak menutup kemungkinan juga bisa mendapatkan akses pembiayaan.






(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mendag Catat Nilai Ekspor UMKM Nyaris Sentuh Rp 1 Triliun