
2 Perusahaan AS Berbondong Mau Bangun Pembangkit Nuklir di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski belum ada kepastian dari Pemerintah Indonesia untuk persetujuan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dua perusahaan asal Amerika Serikat telah berencana untuk membangun proyek PLTN di Indonesia.
Dua perusahaan asal AS tersebut yaitu ThorCon Power dan NuScale Power. ThorCon Power melalui PT ThorCon Power Indonesia menargetkan bisa mulai mengoperasikan PLTN berbasis thorium di Indonesia pada 2030 mendatang. Sementara NuScale menargetkan bisa mengoperasikan PLTN di Indonesia pada 2032.
Direktur Jenderal Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, pihaknya telah berdiskusi dengan NuScale perihal rencana pembangunan PLTN di Indonesia.
Adapun NuScale sendiri rencananya bakal mengembangkan PLTN skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR).
"Kita ngomong dengan NuScale, NuScale bersedia kalau 2032 bisa. Kita nanya kalau 2032 gimana maksimal 2039 gimana, NuScale bisa," kata Yudo di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Rabu (25/10/2023).
Menurut Yudo, NuScale sendiri sudah berpengalaman dalam pembangunan proyek PLTN di berbagai negara. Misalnya yang pertama di Amerika, kedua di Rumania dan ketiga rencananya di Indonesia.
Lebih lanjut, Yudo membeberkan untuk mengejar target Net Zero Emissions setidaknya diperlukan pembangkit listrik bersih hingga 31 Giga Watt (GW).
"Skenario sekarang ini untuk NZE kita perlu 31 GW, kalau kita lihat draf RPP KEN itu malah waktunya ke 2032. Intinya buat saya ke depan kalau kita bicara skala PLTN andaikan kita jadi membangun kita tentunya akan skala yang kecil SMR karena kita juga banyak kepulauan daerah terpencil," katanya.
Sebelumnya, PT ThorCon Power Indonesia menyampaikan tengah bersiap untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2030 mendatang.
Chief Operating Officer ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi mengatakan bahwa nantinya pada November 2024 mendatang, pihaknya akan memulai pemotongan baja pertama yang akan dilakukan di galangan kapal Korea Selatan.
Setelah itu, Bob menargetkan pada tahun 2027 mendatang, unit PLTN akan sampai di Indonesia. Lokasi yang dipilih pun berada di Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, izin operasi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) ditargetkan pada tahun 2029 mendatang.
"Target operasi komersial 2030, First steel cutting (pemotong baja Pertama) di galangan kapal di korsel, November 2024, unit PLTN sampai lokasi 2027, target izin operasi Bapeten 2029," jelasnya kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Senin (23/10/2023).
Dia mengungkapkan bahwa linimasa yang ditargetkan dalam proses pembangunan PLTN dalam negeri ini masih didiskusikan lebih lanjut dengan pihak Bapeten. Selain itu, ia juga menerangkan bahwa nantinya PLTN yang digadang-gadang akan menjadi calon PLTN pertama di Indonesia tersebut akan memiliki kapasitas sebesar 500 Mega Watt (MW).
Kendati demikian, perusahaan masih menantikan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung hukum untuk pembangunan proyek PLTN di Indonesia.
Dia menjelaskan, pada dasarnya izin usaha pembangunan PLTN di Indonesia sudah ada ketentuannya, yakni berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Di dalam PP ini disebutkan KBLI 43294 tentang instalasi nuklir.
"Pemerintah sudah memberikan izin usaha PLTN. Namun butuh Perpres sebagai payung hukum terhadap proyeknya, yang lebih penting adalah terbitnya Revisi KEN (Kebijakan Energi Nasional) dan pembentukan NEPIO (Nuclear Energy Program Implementation Organization)," ungkap Bob.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sebentar Lagi, RI Bakal Akui Nuklir sebagai Sumber Energi
