Perang Picu Eksodus Warga Palestina, Negara Arab Mulai Waswas

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemandangan hamparan tenda warga Palestina yang telantar di Gaza membangkitkan kenangan sejarah kelam bagi negara-negara Arab tetangga Israel, terutama Mesir dan Yordania.
Sejarah kelam itu disebut 'Nakba' yang artinya bencana. Ini adalah sebutan dunia Arab terhadap eksodus atau pengungsian paksa 760.000 warga Palestina dalam perang yang berujung pada berdirinya Israel 75 tahun silam.
Disebutkan negara-negara tetangga memiliki ketakutan akan terulangnya sejarah yang dipicu oleh serangan Israel ke Palestina.
"Begitulah awal mula Nakba," kata kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Gaza, Al Mezan, seperti dikutip AFP, Selasa (24/10/2023).
"Ketika kita melihat tenda-tenda di perbatasan hari ini, hal ini akan membuat siapapun yang mengetahui sejarah Palestina merasa merinding. Tenda-tenda tersebut adalah awal mula Nakba," katanya. "Sebagian besar orang lebih memilih mati di Gaza daripada dijadikan pengungsi lagi."
Selama perang berlangsung, Israel memperingatkan warga Palestina di Gaza bagian utara untuk mengevakuasi diri ke bagian selatan. Peringatan dikeluarkan Israel menjelang realisasi serangan via darat oleh negara tersebut.
Jalur Gaza sebagian besar dihuni oleh pengungsi Palestina dan keturunan mereka. Setelah peringatan itu, sebanyak satu juta warga Gaza telah terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Satu-satunya jalan keluar dari Gaza yang tidak dikuasai Israel adalah perbatasan Rafah dengan Mesir.
Mesir mengizinkan konvoi bantuan masuk ke Gaza melalui Rafah setelah Israel berhenti membom wilayah Palestina berdasarkan kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat. Sejauh ini belum ada pengungsi massal yang menuju ke arah lain.
Mesir khawatir dengan membuka gerbang tersebut akan memfasilitasi rencana Israel untuk melakukan pengusiran paksa massal terhadap warga Palestina, yang banyak di antara mereka kini menjadi tunawisma, tidur di tempat terbuka atau berlindung di tenda-tenda PBB.
Sejarah dan Ketakutan
Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas sebelumnya telah memperingatkan bahwa jika Israel berhasil mengusir warga Palestina keluar dari Gaza, mereka mungkin akan melakukan hal yang sama di Tepi Barat yang diduduki di masa depan.
Mesir juga mempunyai alasan untuk khawatir akan dampak keamanan jika menampung warga Gaza yang telantar di wilayahnya.
Kehadiran pengungsi Palestina dan kelompok militan sebelumnya telah menyeret negara tuan rumah mereka ke dalam konflik, yakni Yordania pada tahun 1970-an dan Lebanon pada tahun 1980-an.
Di Yordania, yang merupakan rumah bagi banyak warga Palestina, mendiang Raja Hussein pada 1970-an menuduh pejuang fedayeen Palestina membangun "negara di dalam negara" dan berusaha mengambil alih negara tersebut.
Untuk mencegah hal ini, serangan September Hitam di Yordania mendorong Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser Arafat meninggalkan Yordania menuju Lebanon.
Partai-partai Kristen di Lebanon mempunyai kecurigaan yang sama dan melawan PLO selama perang saudara. Arafat dan para pejuangnya terpaksa meninggalkan negara itu setelah invasi besar-besaran Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Kepemimpinan PLO tersebar ke Tunisia dan Yaman, sementara wilayah Palestina yang diduduki dicengkeram oleh intifada atau pemberontakan pertama pada tahun 1987.
Perjanjian Oslo pada 1993 dimaksudkan untuk mewujudkan negara Palestina, namun impian tersebut gagal dan perundingan serius terhenti selama satu dekade terakhir.
Gagasan tentang tanah air pengganti Palestina muncul kembali di bawah kepemimpinan mantan presiden AS Donald Trump, yang rencana perdamaiannya ditolak karena bias oleh warga Palestina. Diketahui ia mengusulkan zona industri di Sinai untuk menciptakan lapangan kerja bagi warga Gaza.
Semenanjung Sinai, yang diduduki Israel sejak 1967, adalah tempat pertempuran yang menewaskan banyak tentara Mesir, sebelum Kairo mendapatkannya kembali berdasarkan perjanjian damai tahun 1979 dengan Israel.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Pakai Standar Ganda soal Hamas Vs Israel, Ratu Arab Murka
