Pabrik Baru Akan Dibatasi Atau Nikel RI Bisa Sekarat!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
23 October 2023 09:55
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk membatasi atau bahkan melakukan penghentian (moratorium) pembangunan fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) nikel baru.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa pemerintah akan memoratorium smelter nikel kelas dua, khususnya dengan proses pirometalurgi, yang akan menghasilkan produk feronikel (FeNi) maupun Nickel Pig Iron (NPI).

Arifin mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian untuk membatasi pembangunan smelter nikel baru di dalam negeri.

"Kita lagi komunikasi dan koordinasi sama Kementerian Perindustrian, karena kebanyakan izin keluar dari, izin yang tidak terintegrasi, kan ada di sana (Kementerian Perindustrian). Kalau nggak (moratorium smelter nikel), habis kita punya nikel," ungkap Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Senin (23/10/2023).

Arifin mengungkapkan cadangan nikel Indonesia terancam segera habis apabila bijih nikel, khususnya jenis bijih nikel kadar tinggi (saprolite), terus-menerus digunakan dengan masif.

Dengan begitu, saat ini pihaknya mulai mengevaluasi pembangunan smelter nikel baru. Pihaknya pun menilai bahwa Indonesia harus menghasilkan produk nikel bernilai tambah lebih besar, salah satunya dengan memproses bijih nikel hingga produk prekursor katoda sebagai salah satu komponen baterai.

"Sementara juga industri hilir dalam negeri untuk menampung processing yang punya nilai tambah itu harus banyak ditarik. Kan sudah mulai ada, mudah-mudahan untuk bikin prekursor," tambahnya.

Arifin juga menilai, melimpahnya sumber daya mineral nikel Indonesia seharusnya bisa menjadi modal utama untuk bisa melakukan proses hilirisasi yang lebih lanjut lagi.

"Itulah modal utama kita. Dikasih modal utama mineral yang bisa membantu elektrifikasi energi bersih harus kita manfaatkan," tandasnya.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif mengatakan bahwa nantinya izin untuk pembangunan smelter nikel kelas 2 jenis pirometalurgi tidak akan diberikan lagi untuk menjalankan rencana moratorium smelter nikel kelas 2.

"Kementerian ESDM sudah ada rencana untuk melakukan pembatasan. Kemudian dari Kemenko Marves, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, itu mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mengeluarkan lagi izin untuk pembangunan smelter jenis untuk proses pirometalurgi untuk nikel kelas 2," jelas Irwandy kepada CNBC Indonesia dalam program Minig Zone, dikutip Kamis (19/10/2023).

Atas rencana itu, pemerintah pun sudah mengkaji secara komprehensif bahwa permintaan akan produksi produk nikel kelas dua khususnya untuk jenis pirometalurgi di Indonesia semakin masif dengan pembangunan smelter yang kian menjamur.

Irwandy bilang, untuk nikel melalui proses pirometalurgi di Indonesia atau yang memproses nikel kadar tinggi terdapat sebanyak 44 smelter sedangkan untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi yang memproses nikel kadar rendah sebanyak 3 smelter.

"Nah konsumsi biji nikelnya untuk pirometalurgi yang memakan biji nikel dengan kadar tinggi, yaitu saprolite, adalah sebesar 210 juta ton per tahun. Dan untuk hidrometalurgi ke arah baterai, memerlukan bijih nikel kadar rendah, yaitu limonite, sebesar 23,5 juta ton per tahun," terangnya.

Irwandy mengatakan, saat ini masih terdapat smelter nikel dalam tahap konstruksi. Dia menyebutkan untuk proses pirometalurgi terdapat sebanyak 25 smelter tengah dibangun dan smelter nikel melalui proses hidrometalurgi terdapat 6 smelter yang tengah dikonstruksikan.

"Ada yang sedang dalam tahap konstruksi sebesar 25 smelter dengan konsumsi bijih 78 juta ton per tahun. Dan ke arah proses baterai hidrometalurgi ada 6 smelter yang sedang konstruksi dengan kebutuhan biji 34 juta ton per tahun," tambahnya.

Tidak berhenti di situ, Irwandy mengatakan pembangunan smelter nikel kelas dua jenis pirometalurgi semakin masif dengan adanya rencana pembangunan baru smelter sebanyak 28 smelter dan untuk smelter dengan proses hidrometalurgi sedang dalam tahap perencanaan sebanyak 10 smelter.

"Kebutuhan masing-masing 130 juta ton per tahun (pirometalurgi) dan 54 juta ton per tahun (hidrometalurgi)," pungkasnya.

Dengan begitu, Irwandy mengatakan jika ditotal semua smelter baik yang sudah beroperasi, masa konstruksi, dan perencanaan, maka smelter dengan proses pirometalurgi di Indonesia akan mencapai 97 smelter, dan untuk jenis smelter hidrometalurgi sebanyak 19 smelter.

"Total smelter yang ada sampai dengan saat ini, belum lagi yang terbaru, itu ada 116 smelter," tandasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nikel Makin Sekarat, RI Siap-Siap Setop Proyek Pabrik Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular