Penjualan Mobil-Motor Ambrol, Ternyata Ini Biang Keroknya

Damiana, CNBC Indonesia
17 October 2023 11:05
Calon pembeli melihat mobil baru di Showroom Suzuki di Kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (16/2/2021). Pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atau pajak 0%. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Calon pembeli melihat mobil baru di Showroom Suzuki di Kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (16/2/2021). Pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atau pajak 0%. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil dan motor nasional tercatat anjlok di bulan September 2023.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan ada penurunan penjualan retail sebesar 15,1% secara tahunan atau 14.454 unit. Dari 95.426 unit pada September 2022 menjadi 80.972 unit pada September 2023.

Secara wholesales, penurunan yang terjadi lebih dalam lagi, sebesar 20,1% secara tahunan. Dari 99.986 unit di September 2022 menjadi 79.883 unit di September 2023.

Di saat bersamaan, penjualan motor bulan September 2023 anjlok 4,57% atau sebanyak 24.433 unit dibandingkan sebulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 534.379 unit.

Lalu apa pemicu penurunan penjualan mobil dan motor di bulan September 2023 lalu?

Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu menjelaskan, salah satu faktor berpengaruh terhadap penjualan mobil dan motor di bulan September 2023. Hal ini, ujarnya, efek domino kenaikan BBM nonsubsidi yang dipicu kenaikan harga rata-rata minyak dunia di bulan Agustus 2023 dibandingkan Juli 2023.

"Lalu ada momentum 'tradisional' tahunan. Di setiap bulan Agustus-September, beban keuangan yang digelontorkan para orang tua begitu besar. Biaya perguruan tinggi, biaya sekolah anak-anak mereka sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru," paparnya kepada CNBC Indonesia dikutip Selasa (17/10/2023).

"Akibatnya, sebagian besar dana masyarakat bergeser ke yang utama dulu, sektor pendidikan. Sedangkan barang konsumsi mahal di segmen tersier seperti membayar DP (down payment/ uang muka) untuk cicilan sepeda motor dan mobil jadi pilihan paling belakang," jelas Yannes.

Hal ini, lanjutnya, menunjukkan daya beli masyarakat Indonesia, meski semakin membaik, namun pada kelompok piramida sosial terbesar, yaitu kelas menengah ke bawah, tidak sesolid kelompok atas.

"Kelompok atas atau elite tidak terganggu sama sekali dengan masalah keuangan. Ini bisa dilihat dari tren penjualan kendaraan-kendaraan premium cenderung stabil," ujarnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Mobil Tiba-tiba Ambrol, Ini Penjelasan Hyundai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular